Lihat ke Halaman Asli

Goenawan

Wiraswasta

Vero, Istri yang Tertinggal

Diperbarui: 9 Januari 2018   19:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mereka pertama kali bertemu saat keduanya sedang berada di gereja di daerah Jakarta Utara."Pertama ketemu di gereja. Enggak sengaja keinjek kakinya. Jadi ini bukan daro mata turun ke hati, tapi dari kaki naik ke hati," kata Ahok seraya tersenyum, dikutip dari Tribunnews. Kejadian itu terjadi pada tahun 1994. Dua puluh tahun lebih kemudian semuanya memang sudah berubah. Ahok dan Vero sangat mungkin saat itu tidak pernah terbersit kalau akhirnya berkarir di bidang politik. 

Bedanya Ahok menikmati karir politiknya, karena karir politiknya dibangun dengan tidak tiba tiba tetapi berproses selama belasan tahu. Tetapi Vero mungkin saja tidak menikmati dan tidak terlalu terlibat dalam perjalanan karir poltik Ahok. Vero merasa Ahok saat ini bukanlah sosok Ahok yang diimpikan dua tahun yang lalu, format keluarga saat ini bukanlah seperti yang dia impikan. Perasaan itu mungkin sudah mulai tumbuh saat Ahok berkarir secara politik.

Ketidaknyamanan Vero di bidang politik sebetulnya sempat mempengaruhi langkah politik Ahok saat keluar dari Gerindra, kemudian membentuk "Teman Ahok" untuk maju sebagai DKI-1. Terlihat keinginan membangun negeri tanpa harus berpolitik. Sayangnya langkah itu terhenti karena tergoda oleh tawaran PDIP dengan jumlah kursi di DPRD-DKI yang besar. Inilah sebetulnnya cikal bakal perceraian itu. Sangat mungkin hal itu menandai  dimulai saling menyalahkan, puncaknya ketika Ahok tersangkut kasus penistaan agama. Vero mulai bicara "seandainya... seandainya dst.."

Disisi lain Ahok merasa istrinya mulai meninggalkan dia. Ahok mulai bersikap defence dan berkilas balik bahwa karir politik dan prestasinya selama ini adalah hasil bersolo karir. istrinya tidak lebih dari penghambat dan tidak memberi pembelaan justru saat terpuruk. Perbedaan itu makin kuat ketika keduanya justru membuat kubu pertahanan yang makin memisahkannya secara psikologis.

Jadi setelah menelaah latar belakang tersebut saya menyimpulkan bahwa memang benar tidak ada isu pindah agama atau orang ketiga. Jikapun nantinya ada yang pindah agama, hal itu mungkin lebih dari langkah ekstrim yang diambil untuk mengekpresikan kekecewaan. Jikapun nantinya mereka berpisah dan menikah dengan pasangan baru. Hal itu juga tidak lebih dari kebutuhan psikologis dan biologis. Tetapi bukan pemicu awal perceraian.

Masih ada jalan terbuka untuk membatalkan perceraian ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline