Lihat ke Halaman Asli

Menangani Siswa yang Butuh Perhatian Lebih

Diperbarui: 18 Maret 2019   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

truetomyself.co.uk

Di dalam sebuah instansi sekolah pastinya selalu ada siswa-siswa yang bermasalah, hal itu disebabkan karena keinginan siswa yang ingin keberadaannya dianggap maupun diakui atau siswa tersebut kurang nya kasih sayang dari kedua orang tuanya sehingga siswa tersebut mencari perhatian di sekolah dengan cara membuat onar di lingkungan sekolahnya. Siswa yang sering berbuat onar disekolahnya, ia bermaksud agar kedua orang tuanya atau orang disekelilingnya lebih memperhatikan siswa tersebut, walaupun tidak semua siswa yang berbuat onar ingin lebih diperhatikan.

Pada saat siswa terlibat dalam sebuah kasus. Misalnya seorang siswa terlibat dalam kasus tawuran. Maka siswa yang terlibat dalam kasus tawuran tersebut perlu adanya pembinaan yang dilakukan oleh seluruh unsur pendidik, yaitu personil sekolah, orang tua, masyarakat, aparat pemerintah, dengan pola penanganan terpadu.

Seorang siswa tersebut dapat ditangani oleh guru atau petugas lain, guru piket, guru pembimbing, wali kelas, bahkan dapat ditangani langsung oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut diinformasikan kepada wali kelas siswa yang bersangkutan. Wali kelas memberikan bantuan berupa nasihat agar tidak melakukan tawuran kembali, menjelaskan bahaya tawuran bagi dirinya sendiri, orang lain, dan sekolahnya. Apabila belum selesai masalahnya, wali kelas merekomendasikan kepada guru pembimbing.

Guru pembimbing bertugas membantu menangani masalah tawuran siswa tersebut dengan meneliti latar belakang terjadinya tawuran siswa tersebut melalui serangkaian wawancara dan pencarian informasi dari sejumlah sumber data.

Dalam menangani permasalahan yang terjadi disekolah khusnya kedisiplinan bisa dilakukan dengan cara pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling.

Penanganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku siswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan "lembaga hukum" yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya.

Oleh karena itu, di sinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Nurihsan, Juntika dan Sudianto, Akur. 2005. Manajemen Bimbingan & Konseling di SMA. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi.

Akhmad Sudrajat, 2008, Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah. akhmadsudrajat.wordpress.com. Diakses pada tanggal 18 Maret 2019 pukul 21.05 WIB.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline