Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Mungkinkah Bahasa Daerah Hilang Ditelan Zaman?

Diperbarui: 31 Januari 2021   16:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pentingnya melestarikan bahasa daerah. Edukasi.Kompas.com

Boleh bangga menguasai belasan bahasa asing, asalkan jangan durhaka terhadap bahasa daerah!

Pernah ngak lihat sesama yang berasal dari suku A,B dan C yang mulai memasuki "Sindrom Amnesia Bahasa'. Barangkali istilah ini belum ada di KBBI. Tak apalah, yang terpenting kita masih bisa menata logika untuk menelanjangi generasi yang sok tahu tentang berbagai bahasa, tapi melupakan akar bahasanya sendiri.

Tren amnesia bahasa daerah sudah menjadi hal yang lumrah di dalam kehidupan generasi Milenial dan Alpha yang berada di tanah rantau.

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan salah satu sahabat yang berasal dari daerah saya juga. Kebetulan ia sudah lama tinggal di tanah rantau, dan bekerja di salah satu perusahaan ternama negeri ini.

Sekadar kami saling melepas kangen dan ber-say-hello. Percakapan kami pun mulai ngalir. Tak lama kemudian, ia berbicara menggunakan bahasa komputer, bahasa asing yang saya tidak kenal. Mencoba untuk mengamati alur logikanya.

Menarik adalah kata yang tepat untuk menggambarkan percakapan kami. Anehnya, ia sangat lihai dalam beberapa bahasa asing, tapi lemah bahkan memasuki sindrom amnesia bahasa daerah.

Miris saya melihat karakter orang demikian! Ya, bukannya saya sok anti bahasa asing, tapi ini menyangkut identitas diri. Karena bahasa daerah adalah bagian budaya yang perlu dilestarikan.

Kita boleh saja mengelak akan peristiwa ini, tapi inilah situasi yang belum sepenuhnya dirasakan oleh kaum intelektual. Tak ada yang salah, bila kita menguasai 3-4 bahasa, bahkan lebih. Asalkan identitas kita jangan ikut terkikis dengan kontaminasi budaya lain.

Saya yakin, perlahan tapi pasti, generasi Milenial dan Alpa akan tergerus di tengah pusaran bahasa asing.

Coba anda amati lingkungan sekitar, banyak orang yang mengerti bahasa daerahnya sendiri, tapi sulit untuk berkomunikasi dengan bahasa daerahnya. Apakah ini bagian dari kesombongan intelektual? Ataukah memang tren bahasa daerah sudah memasuki senjakala?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline