Lihat ke Halaman Asli

Fransisco Xaverius Fernandez

Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

Penantian 2: Siap, Laksanakan!

Diperbarui: 1 Desember 2022   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laporan Pemimpin Upacara (Dokpri)

Oleh Fransisco Xaverius Fernandez

Di kota Praya belum ada Tempat Ibadah Gereja Katolik yang di kelola umat. Karena ijin yang sulit dan rumit dan beraneka alasan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

Alasan yang sering mereka ajukan adalah : "Penuhi syarat-syarat atau ketentuan pendirian rumah ibadat sesuai yang diatur dalam PBM Menag dan Mendagri tahun 2006 maka kami tinggal tanda tangan," alasan dari Pemda.

Ketika sampai di masyarakat, di jawab: "Kami bisa menandatanganinya, tapi kami tidak bertanggungjawab jika di luar kami bertindak lainnya!" Maksudnya masyarakat di sekitar bisa-bisa saja setuju, tapi masyarakat di luar? Tidak menjamin.

"Tapi kalau Pemda mengijinkan, kami siap laksanakan!" Demikian tegas mereka. Artinya siap mendukung adanya rumah ibadat Katolik. Karena merekapun sadar akan pentingnya beribadah.

Jika dilihat karakter masyarakat setempat, semua baik dan toleran. Namun karena situasi politis sekarang ini agak sensitif membicarakan hal-hal yang menyinggung rumah ibadat. Maka kamipun memahami mengapa Pemda setempat belum berani memberikan ijin berdirinya sebuah tempat ibadah Katolik. Walaupun kami mengakui bahwa kami nyaman untuk berkarya untuk berkarya di daerah ini. 

Ketika kita bicara tentang garis komando: Siap, Laksanakan! tersebut bisa memberikan banyak pembelajaran penting.

Pertama, kita siap mematuhi perintah atasan tanpa bertanya mengapa dan untuk apa. seperti model kepemimpinan di TNI-Polri. Patuh tanpa bertanya ini sangat tepat ditujukan kepada Perintah Tuhan. seringkali perintah Tuhan tidak atau belum kita pahami termasuk pada peristiwa rumah ibadat Katolik di daerah kami. Mungkin Tuhan mengajak kita untuk makin peka mendengar kehendak Tuhan melalui kehadiran sesama.

Kedua, model komando memberikan pembelajaran bahwa kita harus menerima tantangan sesuai dengan kemampuan kita tanpa banyak pertimbangan. Jika di hadapkan ke bidang rohani dapat diartikan semakin banyak tantangan yang kita hadapi maka semakin kuat iman kita. Semakin banyak hambatannya maka semakin tajam pisau iman kita. Sehingga kita makin percaya bahwa Tuhan pasti mendengarkan doa kita. Dan seperti janji-Nya pasti doa-doa kita dikabulkan-Nya.

Sekarang tinggal kita berusaha mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya atau justru kita makin bebal dalam hidup?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline