Lihat ke Halaman Asli

Rajutan Kisah dan Karya Kelas Penulisan Naskah Digital

Diperbarui: 17 Desember 2020   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Mangrol.in

Menulis di platform digital ternyata lebih dari sekadar menulis. Ia mengajak kita berpikir teliti, kreatif, sekaligus bermain-main dengan fitur yang ada di dalamnya. Beragam format dan situs digital jadi sumber dan tempat kami menuangkan karya dari kelas Penulisan Naskah Digital (PND)

Kisah ini saya mulai dengan bekal teori tentang menulis naskah digital. Digital Writing Matters in The Information Age misalnya, mengantarkan saya pada pemahaman bahwa penulisan digital adalah aktivitas yang penting dalam keseharian kita. Selama pandemi misalnya, hampir semua informasi kita akses secara digital. Selain itu, aktivitas ini dapat dipandang sebagai sesuatu yang menarik, sekaligus penuh tantangan.

Sebagai tulisan pertama di Kompasiana, saya bersyukur boleh membagikan pengetahuan pada 90 pembaca. Lewat tulisan ini pula, semoga ada lebih banyak orang yang tertarik menggeluti penulisan digital yang kian penting ini.

Usai memahami pentingnya penulisan digital, saya mengunggah The Main Points You Have to Remember in Digital Writing Principle. Tulisan kedua seri mata kuliah ini membahas hal-hal yang perlu diperhatikan saat menulis di platform digital. Kita dapat melihat aktivitas ini sebagai elaborasi teori, seni, dan praktik. Oleh sebab itu, saya dapat menyebutnya sebagai keahlian yang diperoleh dengan prinsip "learning by doing."

Ini Bedanya Penulisan di Media Tradisional (Analog) dan di Media Digital menjadi tulisan ketiga saya. Saya menguraikan karakteristik penulisan di kedua platform yang berbeda. Dengan total 51 pembaca, saya bersyukur artikel ini jadi yang pertama lolos sebagai artikel pilihan dari seri mata kuliah ini.

Sama seperti urutannya, karya keempat berjudul 4 Tips 'Pahami' Penulisan Retorik Versi Digital. Tulisan ini menekankan bahwa, setiap tulisan digital berarti publik secara luas dapat mengaksesnya. Saya menjelaskan empat hal yang perlu diterapkan dalam mengakomodir karakter pengunjung situs yang beragam.

Meski tampak panjang, pemaparan detail saya lengkapi ilustrasi yang memudahkan pembaca memahami penulisan digital secara mendalam. Sisi literasi informasi penulis dan pembaca, HAKI, copyright, hingga beragamnya kondisi pembaca menjadi pembahasan tulisan ini. Saya bersyukur dapat menginspirasi 142 pembaca, disukai sepuluh pengunjung, dan kembali masuk kategori pilihan editor.

Setelah karakter dan beberapa tips penulisan digital, saya lanjut membahas mekanisme sistem digital Search Engine Optimization (SEO). Tulisan berjudul Perluas Jangkauan Pengunjung Konten Digitalmu Lewat SEO! ini, tentu saja saya lengkapi dengan tips dan trik. Tujuannya, supaya pembaca juga dapat menerapkannya bila hendak membuat sebuah tulisan digital.

---

Usai membuat lima tulisan berbasis teori, Masboi---begitu panggilan akrab dosen mata kuliah ini--- membawa kami mendalami PND secara lebih praktis. Saya dan teman-teman mulai memproduksi karya tulisan digital berdasarkan kasus tertentu.

Pertama, bersama dosen tamu Emmy Kuswandari, kami belajar konsep dan teknik penulisan press release. Sebagai output, saya mengunggah press release semi berita berjudul Pascasarjana UAJY Canangkan Program Multidisiplin di laman Kompasiana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline