Lihat ke Halaman Asli

Florensius Marsudi

Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Negeri Kacuk Ngapret Menerima Tamu

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Silahkan masuk Tuan..." Kata penerima tamu Negeri Kacuk Ngapret (NKN)

"Wao, petinggi NKN, negaramu bagus. Bersih aman, tentram, tak ada musibah, rakyatmu rukun, beribadat dengan damai...." Sang Tamu (ST) memuja petinggi NKN.

Tapi.....semenit kemudian, para dayang Sang Tamu mendekat,

"Bapak, mari kita segera pergi dari negeri ini, alasannya sederhana:
sewaktu Nyonya salaman tadi,  ada yang tidak  pas dengan  "cara bersalaman ala manusia berallah",  ini nanti akan menjadi perbincangan dinegara kita,
lalu.... disebelah barat negeri ini sedang tertimpa 'SUKNAMI', suatu 'penyakit alam', yakni air laut yang mengangkangi bumi....
Lebih dari itu, disebalah selatan negeri ini  ada 'PAYUDARA' memuntahkan susu panas, sehingga umat manusia yang biasa menyusunya mati kepanasan... disebelah timur ada tanah cair - yang tak mampu menahan air hujan. Air bercampur tanah keruh itu  mlorot menerobos kampung.... banyak korban, Pak"

"Ah, tapi para penggawa NKN ini gemuk-gemuk, senyam-senyum terus. Sepertinya mereka tak menderita. Dan kudengar ada yang setudi banding, ada jalan-jalan kenegara tetangga, ada yang kunjungan daerah.... Bahkan saya dengar ada masih bisa berbicara cas-cus, saleh tapi nggak becus". Kata sang Tamu.

"Oh, Pak. Itu semua sudah ada aturannya".  Kata dayang sang Tamu....

"Oh gitu. Semua  sudah ada aturannya? Yah, baguslah......Kalau begitu,  bersibukrialah membicarakan aturan".  Kata Sang Tamu menyindir dan bersiap pergi. Ia takut terkena aturan ......




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline