Lihat ke Halaman Asli

Kurangnya Ketersediaan Alat Teknologi bagi SIswa Kurang Mampu

Diperbarui: 30 Oktober 2020   04:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semenjak pandemi covid 19 yang mengguncang negara Indonesia ternyata disini membuat lembaga pendidikan juga terganggu. Dan disaat itu surat keputusan dari kemendikbud RI bahwasannya sekolah online atau daring maka semua siswa atau mahasiswa belajar di rumah selama pandemi. 

Sebenarnya disaat seperti ini sangat membuat mereka bosan yang harus berhadapan dengan alat teknologi setiap hari yang tidak bisa lepas.


Menteri Pendidikan dan Menteri Dalam Negeri bahkan telah melaksanakan rapat koordinasi dengan seluruh pemimpin atau kepala daerah yang intinya menghasilkan keputusan bahwa pada masa pandemi ini, kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat secara umum tetap menjadi yang utama, namun pemerintah juga tetap memperhatikan dan mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan anak bangsa.

Setelah adanya keluaran surat edaran dari Kemendikbud RI pendidik merasa kaget karena harus mengubah sistem, silabus dan proses belajar secara cepat. Siswa terbata-bata karena mendapat tumpukan tugas selama belajar dari rumah. Sementara, orang tua murid merasa stress ketika mendampingi proses pembelajaran dengan tugas-tugas, di samping harus memikirkan keberlangsungan hidup dan pekerjaan masing-masing di tengah krisis.

Pembelajaran daring bisa saja membuat prestasi siswa-siswi atau mahasiswa menurun, karena adanya kemalasan dari mereka. Namun, jika untuk siswa-siswi sendiri yang masih dalam pengawasan orang tua mungkin dapat saja meningkatkan prestasinya. Disini pemerintah menjelaskan bahwasannya semua tergantung orang tuanya, karena disini bukan guru atau dosen yang mengawasinya dalam belajar online ini namun orang tua yang sekarang menjadi pengawas bagi anak-anaknya.

Namun, disini masih ada siswa yang tidak punya teknologi untuk belajar sehingga siswa ini harus meminjam handphone kepada tetangganya. Disini akan menjadikan kesulitan bagi si anak dalam mengikuti pelajaran atau bahkan belajar. Pemerintah daerah bojonegoro harus dapat mengambil tindakan untuk mengatasi hal tersebut agar siswa yang terkendala alat teknologi tidak ketinggalan pembelajaran. Memang, kita dapat melihat bahwa anak-anak kecil sudah mempunyai hp sendiri tetapi itu juga tidak semua orang tua dapat membelikan hp bagi anaknya. Beberapa bulan yang lalu, saya pernah melihat anak yang harus pinjam hp tetangganya untuk mengikuti Ujian Tengah Semester, ini kan sangat memprihatinkan bagi orang yang melihatnya.

Jadi, selama pandemi belum berakhir pemerintah pusat atau daerah harus dapat memberikan bantuan apapun yang dapat meringankan siswa agar mereka bisa semangat belajar dengan kondisi seperti ini atau pun dengan ketersediaan alat teknologi untuk belajar. Selama ini pembelajaran online hanya sebagai konsep, sebagai perangkat teknis, belum sebagai cara berpikir, sebagai paradigma pembelajaran. Padahal,  pembelajaran online bukan metode untuk mengubah belajar tatap muka dengan aplikasi digital, bukan pula membebani siswa dengan tugas yang bertumpuk setiap hari. Pembelajaran secara online harusnya mendorong siswa menjadi kreatif mengakses sebanyak mungkin sumber pengetahuan, menghasilkan karya, mengasah wawasan dan ujungnya membentuk siswa menjadi pembelajar yang lebih baik untuk kedepannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline