Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Lupa

Diperbarui: 2 Agustus 2020   02:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Manusia amatlah akrab dengan lupa,
Tak terkecuali aku.

Aku pernah sangat menginginkan sebuah jalan,
jalan ku kala itu adalah buku dan pena,
kala itu ku nikmati setiap bait kata lalu mengubahnya menjadi kalimat.
ku selami kata demi kata,
ku nikmati bagaimana rasa berbaur dengan gerakan tangan menelusuri sudut-sudut dunia yang belum pernah ku jamah lewat secarik kertas dan sebuah pena. sederhana .

Lain dulu, lain sekarang
pernah terfikir bahwa aku membutuhkan teknologi untuk mendukung impian ku.
untuk mempermudah asa ku terkembang.
aku yang kala itu menggadang-gadangkan alat bantu ketik, kini tak lagi sama dengan aku yang telah memilikinya.

Aku lupa caranya berimajinasi,
aku lupa bagaimana caranya menyalurkan emosi melalui tulisan
Aku lupa bagaimana caranya mengungkapkan kata tanpa bicara
Aku lupa bagaimana caranya mengirimkan rasa lewat kata.
Iya, aku lupa...

Hingga detik aku menuliskan ini,
Ini adalah bait-bait pertamaku setelah sekian lama.
Entah apakah impian ku masih ada disana, didalam relung jiwaku,
ataukah impian ku telah hanyut bersama semua semoga-semoga yang pernah ku Aamiin kan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline