Lihat ke Halaman Asli

Fitrah Ilhami

Penulis buku, personil nasyid Fatwa Voice, seorang guru

Bagaimana Mungkin Islam Disebut Perusak Budaya Nusantara?

Diperbarui: 25 Oktober 2018   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku terhenyak kala membaca sebuah artikel yang berisi seperti ini,

"Andai tak ada Kerajaan Demak, Nusantara akan berjaya karena daerah kekuasaan Majapahit saat itu sudah begitu luas."

Aku merasa penulis artikel ini ingin memberi kesan bahwa kehadiran Islam-lah yang merusak kejayaan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sebab sama kita ketahui, Demak adalah  kerajaan Islam di tanah Jawa.

Tapi apakah benar demikian?

Penjelasan Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara, penulis buku 'Api Sejarah' sekaligus mantan Guru Besar Unpad bidang sejarah, mungkin bisa mencerahkan otak kita bagaimana sebenarnya sejarah Islam di Nusantara...

/

Sebuah naskah kuno dari China menyebutkan, bahwa pada tahun 674 M atau 42 tahun setelah Nabi Muhammad wafat, Islam sudah masuk di selat pantai barat Sumatera. Sedangkan Majapahit baru muncul di tahun 1294 M. Jadi Islam hadir di Nusaw 620 tahun lebih awal daripada Majapahit.

Saat Islam mulai berkembang, memang sudah berdiri Kerajaan Sriwijaya. Tapi hancurnya Sriwijaya bukan gara-gara Islam. Kekuasaan Sriwijaya kandas sebab serangan dari kerajaan Chola, India. Sriwijaya beragama Budha, sedangkan Kerajaan Chola beragama Hindu. Jelaslah sudah, bukan Islam yang menghancurkan Sriwijaya.

Islam, dari sejak lahirnya sangat menghormati perbedaan agama. Surat Al-Kafirun, menjadi grand pattern alias acuan utama umat Islam dalam bertoleransi.

Salah pula bila ajaran Islam disebarkan di Nusantara lewat pertumpahan darah. Tak ada satu pun fakta sejarah yang membenarkan opini tersebut.

Para ulama mengenalkan Islam lewat perdagangan. Sebab para da'i tersebut ingin meniru cara Rasulullah berdakwah. Semenjak remaja, Muhammad diajari berdagang oleh pamannya. Sejak saat itulah, sifat-sifat baik Muhammad nampak. Mulai dari Shiddiq, berkata benar, kalau ada dagangan rusak beliau bilang rusak pada konsumen. Amanah, tidak pernah berkhianat dan tak pernah berbohong, menjadikan para pembeli mempercayai kredibilitasnya. Juga Fatonah, cerdas. Bahwa kelihaian beliau bernegosiasi menjadikan bisnis yang dijalankan selalu berujung keuntungan besar. Maka, ketika Muhammad diangkat menjadi Nabi, ditugaskan menyebarkan agama Islam, beliau sudah punya self branding super bagus di pandangan masyarakat. Dan ini memudahkan jalan dakwah beliau. Masyarakat Arab dibuat sulit untuk menolak kebenaran agama yang dibawa Nabi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline