Lihat ke Halaman Asli

Fiter YopiValendra

Fiter Yopi Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang

Jaranan Merupakan Seni Budaya yang Memiliki Keunikan

Diperbarui: 12 Juli 2023   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Turonggo Singo Joyo, Kab. Malang | Dok Pribadi

Kesenian jaranan merupakan seni budaya yang di dalamnya ditampilkan gerak-gerik tari. Dimainkan oleh berbagai pemain seperti Pentulan, Celengan, Barongan, dan para pemain Jaranan itu sendiri, selain itu juga terdapat alat musik yang mengiringi pertunjukan Jaranan seperti gamelan, kenong, gendang, dan gong. 

Jaranan terkenal dengan adegan kesurupannya di mana ia melakukan hal-hal yang tidak rasional seperti memakan pecahan kaca, berjalan di atas api dan berbagai tindakan berbahaya lainnya. Pada sebagian masyarakat, jaranan mempunyai persepsi yang lain, yaitu para pelaku jaranan adalah penyembah roh kuda, tetapi sebenarnya simbol kuda sendiri adalah untuk menunjukkan semangat dalam memotivasi hidup (Sri Winarsih, 2010:52).

Dalam jaranan sendiri mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda disetiap daerahnnya, seperti jaranan jatilan yang berasal dari Yogyakarta, Magelang dan sekitarnya yang memiliki ciri khas dengan pelawak yang bertopeng pentul yang menyanyikan lagu humor yang penuh dengan lawakan yang menjurus porno. 

Ada pun jaran kepang yang berasal dari Temanggung, dimana pentas dari jaran kepang selalu dibuat untuk acara penyambutan tamu resmi atau biasanya diadakan ketika upacara. 

Di daerah Jawa Timur ada Jaranan yang berasal dari Kediri, yaitu Jaranan Jowo  yang terkenal dengan kemagisannya, karena para pemain jaranan nantinya akan mengalami trance (kesurupan), yang membuat penonton tertarik dengan acara jaranan adalah adegan berbahaya yang ada didalam pentas jaranan jowo.

Tarian jaranan mengalami tiga tahap tarian. Pertama adalah tahap permulaan yang berupa tarian. Tahap ini menggambarkan kehidupan manusia yang lahir dan mengalami perkembangan kepribadian. Tarian yang serempak dan kostum jaranan yang rapi dan indah merupakan perwakilan dari norma dan aturan yang ada dalam kehidupan manusia. 

Kedua adalah tahap "ndadi" atau kerasukan. Dalam tahap ini digambarkan bahwa manusia mengalami masa kejayaan dan kadang-kadang lupa akan segala hal. Tarian dalam kerasukan sudah tidak serempak dan beraturan, ini menggambarkan manusia yang lupa pada norma dan peraturan serta kehidupan harmonis sosial. 

Semua penari mengikuti kemauan sendiri. Ketiga adalah tahap kesadaran (sadar dari kerasukan). Dalam tahap ini manusia digambarkan sebagai makhluk Tuhan. Semua akan ingat kembali kepada Sang Pencipta. Kesadaran dari kerasukan memberikan arti bahwa manusia sadar akan jati diri dan kembali pada Sang Khalik.

Konon sebelum kuda lumping (jaran) dipergunakan harus diadakan upacara terlebih dahulu. Upacara itu adalah semacam pengisian roh pada kuda lumping. Biasanya kuda-kuda baru tersebut dibawa ke sebuah mata air atau dalam istilah jawa disebut sendang untuk dimandikan dan diberi minum. 

Setelah selesai diberi minum maka dipercaya kuda kepang tersebut sudah berisi roh layaknya makhluk hidup. Upacara memberi minum kuda-kuda kepang ini dikenal dengan upacara "Ngombeke".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline