Lihat ke Halaman Asli

[Cerpen] Secercah Cahaya di dalam Kegelapan

Diperbarui: 25 April 2017   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

allsWalls

“Jangan mendekat! Kumohon jangan mendekat!” Celoteh seorang gadis dengan rambut yang terurai tidak karuan, make upnya yang mulai agak luntur karena air matanya yang terus mengalir. “Jangan sentuh aku! Kubilang jangan sentuh aku!” Celotehnya lagi sembari ketakutan dengan tubuh yang gemetar.

“Jangan takut, aku tidak akan menyentuhmu dan menyakitimu, aku hanya ingin membantumu!” jawab remaja kaos oblong biru, celana hitam, sandal jepit dengan nada lembut.

Karena tutur kata remaja tersebut terdengar sopan, gadis itupun sedikit merasa tenang.

“Kamu sudah makan?” Tanya remaja itu pada gadis tadi. Namun gadis itu hanya menggeleng-gelengkan kepala.

“Mari aku traktir makan, di depan gang ini ada penjual nasi goreng!” Ajak remaja tersebut. Gadis itu hanya diam. “Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu, tadi juga sudah aku bilang jangan takut, mari ikut aku makan!” Tanpa ada perasaan takut lagi gadis itu mau ajakan dari remaja tersebut.

“Bang, pesan nasi goreng dua!” pesan remaja tersebut pada penjual nasi goreng. “Siap Den.” Jawab Abang tukang nasi goreng.

Karena gadis itu hanya diam dan menunduk, remaja tersebut memberanikan bertanya dan memperkenalkan diri “Oh ia, kenalkan nama saya Fahmi, saya seorang mahasiswa dari Panca Marga. Kalau boleh tau siapa nama kamu?”

“A a aku Fina” jawab gadis itu dengan terbata-bata.

“Kenapa kamu bisa berada gang disana? Kudengar tidak jauh dari gang itu ada terpat para germo.” Tanya Fahmi. “Aku kabur dari germo-germo itu.” Jawab Fina. Fina pun menceritakan pada Fahmi bagaimana dia bisa sampai dikejar-kejar para germo. Ternyata dia dijual oleh Ayahnya pada para germo itu untuk melunasi hutang-hutang Ayahnya dan dia dijadikan kupu-kupu malam. Namun dia tidak mau dan kabur dari tempat itu sampai bertemu dengan Fahmi. Setelah bercerita panjang lebar mereka pun terlihat sangat akrab.

Kemudian Fahmi mengajak Fina ke sebuah rumah, rumah itu tanpak sederhana. Fina sedikit ketakutan, dalam benaknya “mengapa Fahmi mengajakku kesini? Apa yang mau dialakukan?”. Dengan tarikan nafas yang panjang dia berusaha untuk menenangkan diri dan tidak bertanya apa-apa pada Fahmi karena dia yakin Fahmi tidak akan macam-macam padanya.

“Assalamu’alaikum kek?” kata Fahmi sembari mengetuk pintu rumah yang terbuat dari kayu dilapisi dengan bambu-bambu kecil dengan cat warna hijau. “Wa’alaikumsalam, oh nak Fahmi, silahkan masuk.” Jawab seorang kakek yang baru saja membukakan pintu rumah tersebut ditemani dengan istrinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline