Lihat ke Halaman Asli

Fery Nurdiansyah

Adil Sejak Dalam Pikiran

"Bahaya" Plastik Kemasan untuk Konsumen

Diperbarui: 16 Maret 2018   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari Plastic Waste Greensutra

Plastik membuat hidup menjadi murah, nyaman dan praktis. Sayangnya penggunaan kemasan plastik yang dibuang (disposable) khususnya yang berukuran kecil meningkatkan pembuangan plastik sebagai sampah. Penggunaan kemasan plastik yang meningkatkan pembuangan plastik dapat berupa kerusakan lingkungan, beban budget dan gangguan kesehatan. Akibat pembuangan sampah plastik ini terindikasi dapat merugikan konsumen setidaknya ada beberapa aspek :

Kerusakan Lingkungan.

Plastik tidak mudah terurai dalam alam dan baru akan hancur setelah 600 tahun dalam tanah. Daya tahan plastik yang tinggi menyebabkan penumpukan dan penyumbatan aliran yang bermuara pada kebanjiran. Sebaliknya, pemusnahan sampah kemasan plastik melalui pembakaran plastik akan menghasilkan senyawa karsinogenik kuat yaitu dioxin yang dapat memicu kanker paru.

Beban Keuangan Yang Lebih Tinggi Bagi Konsumen

Khususnya konsumen berpenghasilan rendah. Produk kemasan kecil mempunyai harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat penghasilan rendah karena isi yang lebih sedikit.  Dari segi nilai isi, harga isi kemasan kecil dapat jauh lebih tinggi dari kemasan lebih besar sehingga dengan membeli produk dengan kemasan kecil, konsumen akan menanggung harga isi produk yang lebih mahal dan sekaligus menanggung biaya kemasan plastik yang lebih tinggi. Dengan merambahnya produk-produk kemasan kecil ke desa-desa maka dana desa yang digunakan untuk belanja produk-produk kemasan kecil akan tertarik ke kas industri di kota-kota besar, sehingga terjadi pengurasan dana masyarakat desa ke kota yang dapat mengakibatkan peningkatan pemiskinan  masyarakat konsumen di desa.

Dampak Kesehatan Karena Perubahan Pola Konsumsi

Konsumsi produk pangan dalam kemasan merubah menu masyarakat ke arah konsumsi pangan murni (refined foods) yang menurunkan asupan gizi dan non-gizi dan mereduksi konsumsi pangan utuh yang alami. Misalnya, konsumsi mie instant sebagai lauk menyuburkan konsumsi pangan dengan karbohidrat murni yang miskin gizi dan sebaliknya menurunkan konsumsi saruyan yang membawa zat-zat gizi dan non gizi yang penting bagi pemeliharaan kesehatan.

Bagi konsumen dengan dana terbatas, pemilihan bahan pangan sangat terbatas. Dengan dana Rp. 3000,- untuk lauk, maka pilihan dapat jatuh pada sebungkus mi instant atau tiga ikat sayur kangkung. Pilihan mie instant sebagai lauk akan sangat praktis tetapi tidak memperbaiki nilai gizi menu. Sebaliknya pilihan tiga ikat kangkung dapat memperbaiki nilai gizi menu tapi merepotkan. Sebagai tambahan, dana masyarakat yang dibelanjakan untuk mendapatkan mi instant akan mengalir ke industri di kota, sebaliknya dana yg digunakan untuk belanja kangkung di desa akan mengalir ke petani dan tetap tinggal di desa.

Dengan demikian, kemasan kecil dapat berdampak pada pengurasan ekonomi keluarga, khususnya keluarga ekonomi rendah di desa, menurunkan konsumsi pangan sehat dan merusak lingkungan.

Kantung Plastik Belanja Terbuat dari Plastik HDPE (High Density Polyethylene) Bukan Merupakan Sumber Daya Alam Terbarukan.

Kantung plastik telah terbukti mencemari lingkungan, terutama karena sampah plastik sangat sulit didaur ulang dan setelah pemakaiannya, kantung plastik sering dibuang secara sembarangan. Secara signifikan, proses produksi kantung plastik membutuhkan energi yang relatif besar, terutama karena tingkat produksi yang tinggi. Namun walaupun demikian, plastik dapat dijadikan sumber energi melalui penelitian secara mendalam, yang ditunjang dengan beberapa teknologi untuk dikonversi sebagai sumber bahan bakar, diantaranya seperti bahan bakar padat, cair maupun gas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline