Lihat ke Halaman Asli

Fery. W

Berharap memberi manfaat

Maaf, Kata Tersulit untuk Diucapkan

Diperbarui: 24 Agustus 2019   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Newcomer.id

Pagi ini sesaat setelah bangun, dan beres-beres kasur. Sambil nyeruput secangkir kopi panas, saya mendengar sebuah lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Sir Elton John, biduan asal Inggris "Sorry seems to be the hardest word" judulnya, diputar sebuah radio, lagu lama sih memang tapi rasanya kok aktual banget. Ingatan saya tiba-tiba melayang pada Ustaz Abdul Somad (UAS).

"Saya menjelaskan tentang akidah agama saya di tengah komunitas Umat Islam, di dalam rumah Ibadah saya. Bahwa kemudian ada yang tersinggung dengan penjelasan saya, apakah saya mesti meminta maaf?" kata UAS usai memenuhi panggilan MUI di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (21/8/2019). Seperti yang dikutip dari suara.com.

Itu kata-kata UAS yang saat itu datang untuk diminta klarifikasinya atau istilah "agamanya" tabayun. Untuk perkara "salib" yang viral di media sosial dan kemudian dianggap oleh sebagian pihak sebagai penghinaan terhadap agama Kristiani. Walaupun saya kok merasa teman-teman saya yang beragama Kristen bersikap biasa saja terhadap perkara itu. 

Ga ada niatan demo berjilid-jilid, bahkan mereka tidak secara eksplisit menyatakan tersinggung atas ucapan UAS dalam sebuah ceramah tiga tahun lalu itu.

Banyak pihak yang berharap UAS meminta maaf, namun kata maaf itu terlalu berat buat diucapkannya ternyata. Ya sudahlah kalau memang itu yang terjadi, mungkin ia punya pertimbangan sendiri untuk tidak meminta maaf, tak perlu juga dipaksa-paksa, didorong-dorong, apalagi di bully.

Kata maaf itu akan sangat bermakna dan sakti jika diucapkan dengan tulus dari lubuk hati paling dalam. Percuma saja apabila setelah dipaksa, baru kemudian minta maaf, tulusnya hilang yang tinggal cuma kosmetik dan basa basi saja.

Kata maaf sangat ampuh, konon bisa menyelesaikan berbagai persoalan, dari yang sepele sampai yang tingkatnya berat. Perkara ini tidak akan melebar kemana-mana, jika dari awal ada ketulusan untuk berucap "maaf" dari sang empunya masalah.

Keinginan berkata maaf dengan tulus, sebetulnya akan memberi efek positif bagi diri si peminta maaf tersebut. Ia akan mengevaluasi diri, berkontemplasi agar ke depan dapat berlaku lebih baik. 

Dan itu adalah bentuk dari menghargai diri sendiri, karena normalnya menghargai dan menghormati itu sifatnya resiprokal, mau dihargai ya harus menghargai,mau dihormati ya menghormati.

Keengganan berucap maaf biasanya dipicu oleh perasaan merasa benar, kerasnya hati, ego, dan tidak mau dianggap lemah. Padahal sejatinya meminta maaf adalah manifestasi kebesaran hati seseorang. Meminta maaf juga bukan perkara siapa yang salah siapa yang benar. Namun dampaknya buat kepentingan yang lebih besar. 

Anyway, kalau menurut saya keengganan berucap maaf adalah bentuk dari sebuah kesombongan, itu saja. Dan Tuhan sangat membenci kesombongan, ingat Iblis diusir dari surga karena ia sombong. Tidak mau menuruti perintah Allah SWT untuk menghormati Adam, hanya karena merasa dirinya lebih baik dari Adam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline