Gerakan politik random, Partai Nasdem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam menyatukan ambisi kekuasaanya, membuat geger negeri ini.
Koalisi cupras capres di Indonesia saat ini memang masih cair, tapi ekspekasi masyarakat ya, tidak secair ini juga.
Tak ada yang membayangkan, Nasdem dengan Koalisi Perubahannya mengajak PKB untuk bergabung.
Dalam konteks Pilpres, Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB "fix" menjadi bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan,.
Tak pernah terlintas juga dalam pikiran banyak pihak, termasuk para pengamat politik. Dua kutub penganut politik yang ekstrem berseberangan secara sosial dan kultural, tiba-tiba saja bersatu.
Kondisi ini, sebenarnya bisa menjadi liabilitas tersendiri bagi koalisi bakal pasangan calon presiden Anies-Cak Imin, karena pada dasarnya secara chemistry keduanya tak begitu nyambung, jika dianalogikan, semacam kawin paksa
Meskipun kurang terikatnya chemistry bisa saja ditambal dengan kuatnya ikatan komitmen antar mereka semua.
Sayangnya, fakta menunjukan, kawin paksa itu lebih banyak melahirkan pernikahan yang tak berakhir bahagia, meski terus bersama.
Ini menjadi persoalan lain, karena hanya bersandar pada komitmen tanpa ikatan chemistry yang kuat, maka perikatan Koalisi Perubahan versi baru ini menjadi sangat ringkih, seperti memiliki api tapi masih di dalam sekam.
Tersenggol atau tersandung masalah sedikit saja, bangunan koalisi pengusung pasangan Bacapres A-Min ini, potensial langsung berantakan.
Meskipun dalam kalkulasi politik Surya Paloh dan Nasdem sebagai inisiator utama duet A-Min, ringkihnya bangunan koalisi baru mereka itu akan mampu ditambal oleh angin segar potensi kemenangan yang menguat.