Lihat ke Halaman Asli

Efwe

TERVERIFIKASI

Officer yang Menulis

Paradoks, Riuhnya Kenaikan Harga BBM dan Senyapnya Kenaikan Harga Rokok

Diperbarui: 5 September 2022   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kontan.co.id

Riuhnya suara publik yang sebagian besar diantaranya menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berbanding terbalik dengan senyapnya kenaikan harga Rokok yang juga merupakan "kebutuhan" masyarakat lain.

Padahal kenaikan harga olahan komoditas tembakau ini menurut data yang saya dapatkan dari berbagai sumber, bahkan jauh lebih sering terjadi dibandingkan kenaikan harga BBM.

Apabila dibandingkan kuantitas pengguna dan pihak-pihak yang terdampak akibat kenaikannya pun sebenarnya angkanya tak jauh berbeda, dari sisi konsumen dan produsen.

Perputaran nilai  ekonomi dari industri rokok terbentang mulai dari petani tembakau, buruh rokok, industri pengolahan tembakau, pedagang dari skala besar hingga tingkat asongan

Dari sisi konsumen, menurut catatan Kementerian Kesehatan, hingga akhir 2021 saja jumlah orang dewasa yang menjadi perokok aktif mencapai 70,3 juta orang dengan rincian 65,5 persen adalah perokok pria dewasa dan 33 persen perokok wanita dewasa, sisanya perokok pria dan wanita anak.

Dan kemungkinan jumlah perokok di Indonesia akan terus bertambah, mengingat dalam sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang seperti diungkapkan oleh data Global Adult Tobacco Survey(GATS).

Artinya bisa jadi di saat tulisan ini dibuat pada awal September 2022, angka ril konsumen rokok di Indonesia mendekati angka 100 juta orang, jumlah yang tak sedikit dan sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi nasional.

Di sisi produsen atau industrinya, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian pada tahun 2021 terdapat 603.488 petani tembakau.

Tentu saja petani tersebut tak hidup sendirian, jika diasumsikan dalam satu rumah tangga petani terdapat empat anggota keluarga, maka ada lebih dari 2,4 juta orang yang tergantung pada tenbakau.

Selain petani, di sisi produsen yang akan terdampak kenaikan harga rokok dan olahan tembakau lainnya adalah buruh pabrik rokok dan pendistribusiannya.

Menurut data Kementerian Industri, hingga awal 2022 terdapat sekitar 4,9 juta orang yang bekerja sebagai buruh dan tenaga pendistribusiannya di industri rokok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline