Kiprah Kelompok Taliban dalam merebut kekuasaan di Afghanistan dengan cepat menjadi sebuah fenomena tersendiri.
Setelah selama 20 tahun sempat tiarap karena negeri yang berjuluk The Graveyard of Empires dikuasai oleh Amerika Serikat dan Sekutunya.
Namun hanya dalam sepekan sepeninggal pasukan AS Taliban bergerilya secara simultan merangsek untuk menduduki kota-kota penting di seluruh Afghanistan, mulai dari Herat, Kunduz, Kandahar, Jalalabad hingga akhirnya menduduki Ibukota Kabul, pusat pemerintahan Afghanistan.
Tanpa terlalu berkeringat dan berdarah-darah, Pasukan Taliban berhasil menduduki Istana Kepresidenan sekaligus memaksa Presiden Ashraf Ghani terbang ke Tashkent ibukota negara bekas pecahan Uni Sovyet Tajikistan.
Otomatis dengan situasi seperti itu, kekuasaan yang kosong akan diisi oleh "penakluk" yaitu Taliban.
Meskipun sempat diadakan perundingan untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemimpin transisi, tetapi hampir dapat dipastikan hal itu akan ditolak Taliban.
Bahkan menurut kabar terakhir seperti yang dilansir oleh CNNIndonesia, Kelompok Taliban kini tengah mempersiapkan struktur personalia kepemimpinan di Afghanistan.
Pertanyaannya kemudian, akan dibawa kemana Negara Afghanistan ini dibawa oleh Taliban?
Apakah mereka akan kembali membawa Afghanistan seperti saat mereka berkuasa pada tahun 1996 hingga 2001, dengan model syariat Islam Ultraconservative yang sangat tertutup dan ketat?
Atau lebih lose dengan cara pandang baru yang lebih moderat?
Tak ada satu pun yang tahu pasti arah mana yang akan dipilih oleh kelompok Taliban, setelah mereka berkuasa di Afghanistan.