Lihat ke Halaman Asli

Ferry Ardiyanto Kurniawan

Menulis itu bebas

Cerpen | Bisikan Halus di Sebuah Gunung

Diperbarui: 2 September 2019   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi

Kisah mistis ini dimulai saat aku dan teman-teman ku yang masih menjadi mahasiswa mendaki sebuah gunung di daerah Purwakarta, aku tak akan menyebutkan nama gunungnya karena pertimbangan satu dan lain hal.

Seperti pada umumnya mahasiswa, kala rutinitas perkuliahan, tugas seabrek, dan kegiatan organisasi selesai di akhir pekan, kami berencana pergi untuk refreshing. Setelah berdiskusi di kampus, akhirnya kami memutuskan gunung sebagai destinasi wisata kami untuk mengisi libur akhir pekan.

Semua kebutuhan telah disiapkan, dari mulai logistik, tenda, dan massa. Kebetulan kami yang berencana juga mengajak teman-teman mahasiswa yang lain untuk mendaki bersama. Kurang lebih jumlahnya 10 orang, ada pula perempuan yang ikut, namun dominan laki-laki.

Setelah semuanya siap, tiba-tiba sebagian teman ku yang perempuan dan laki-laki tidak bisa berangkat bersama-sama. Akhirnya aku pun mengusulkan agar ada beberapa yang berangkat duluan, tujuannya supaya bisa mencari lahan untuk mendirikan tenda----tenda kami pada saat itu ada dua, satu untuk para perempuan, dan satu untuk para lelaki yang kapasitasnya lumayan besar----

Ternyata, yang harus berangkat duluan adalah aku dan temanku bernama Hadi. Kami berdua juga yang harus membawa perbekalan logistik, peralatan memasak, tenda dan lainnya sampai ke camping ground. Tanpa keberatan aku dan Hadi menyetujui usulan teman-teman yang lain.

Berangkatlah aku dan Hadi ke gunung yang akan didaki. Saat itu aku berangkat siang menjelang sore, kurang lebih pukul 14.00, kami berangkat dengan menggendong carrier berkapasitas besar, jadi selama perjalanan beban yang aku dan Hadi bawa lumayan membuat badan pegal-pegal.

Sesampainya di basecamp pendakian, aku dan Hadi sejenak beristirahat dan menunggu waktu shalat Ashar. Setelah selesai mengurus simaksi dan memberi tahu penjaga basecamp bahwa nanti akan ada lagi rombongan yang menyusul, kami pun langsung mendaki, saat itu pukul 15.30.

Gunung yang kami daki ini sebenarnya tidak terlalu tinggi, bahkan ketinggiannya tidak mencapai 1.000 mdpl. Tapi rasa-rasanya fisik kami cepat lelah, bahkan Hadi yang fisiknya cukup kuat pun meminta break beberapa kali. Karena ya, beban yang kami bawa cukup berat, jadi perjalanan pun terasa sedikit lebih lama daripada biasanya.

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, aku dan Hadi pun sudah mencapai puncak bayangan. Segera kami pun mencari tempat camp yang luas dan nyaman, karena hari sudah hampir gelap. Tenda sudah berdiri, semua perbekalan pun aku keluarkan, berbagi tugas dengan Hadi, ia langsung memasak air dan mie instan.

Malam pun tiba, aku dan Hadi masih berdua, rombongan yang lain belum kunjung datang. Saat itu tenda kami lumayan jauh dari tempat camp pendaki-pendaki yang lain, karena di tempat camp yang lebih dekat dengan puncak sejati sudah penuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline