Paradigma Individual merujuk pada cara pandang dan nilai-nilai yang membentuk
serta menempatkan individu dalam suatu kejadian. Menurut Thomas Kuhn dalam
bukunya The Structure of Scientific Revolutions (1962) menjelaskan paradigma
sebagai kerangka berpikir atau pola pikir yang dimiliki oleh individu atau
komunitas ilmiah. Paradigma ini membentuk cara pandang, metode, dan standar
dalam melakukan penelitian dan memahami fenomena. Dapat disimpulkan bahwa
paradigma individual adalah cara individu memaknai dan menginterpretasikan
realitas berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam
paradigma individual, seorang individu bisa dikatakan sebagai kreator karena ia
memberi kontribusi pada penciptaan dan kreativitas.Menurut Abraham Maslow
dalam teori hierarki kebutuhan dan konsep self-actualization menekankan bahwa
individu memiliki potensi kreatif yang besar. Individu sebagai kreator adalah
mereka yang mampu mengaktualisasikan diri, menciptakan sesuatu yang orisinal,
dan mengembangkan potensi uniknya untuk mencapai kepuasan dan makna
hidup. Individu menjadikan lingkungannya sebagai tolak ukur dalam melakukan
perubahan tingkah laku selanjutnya. Tidak heran , manusia pada saat sekarang ini
telah bertranformasi dalam berbagai bidang kehidupan salah satunya dalam
komunikasi.
Kreativitas dan inovasi individu berperan penting dalam evolusi komunikasi.
Sebelum tahun 2000-an, atau era pra-digital, komunikasi individu lebih pasif dan
terbatas yang sangat bergantung pada saluran tradisional. Individu lebih sering
menjadi penerima pesan dibandingkan menjadi pengirim/pencipta pesan. Media
yang sering digunakan pada era pra-digital adalah radio, televisi, koran, dan surat
yang menyampaikan informasi dari satu arah sumber pusat (pemerintah atau
perusahaan media) kepada pendengar massal, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Satu arah dan terbatas
Individu sangat terbatas dalam menyampaikan pesan dan hanya
pemerintah atau tokoh elite yang bisa berbicara dalam pidato atau
wawancara media televisi.
2. Komunikasi bersifat pasif
Pesan dari media massa diberikan secara pasif kepada individu tanpa
adanya timbal balik, dan mereka tidak memiliki kekuatan untuk
memberikan pendapat pribadi.
3. Keterbatasan
Keterbatasan akses informasi menyebabkan penyebaran informasi dari
masing-masing wilayah berbeda dan tidak sama, sehingga pesan yang
diberikan tidak merata dan terjadi ketimpangan dalam mengakses
informasi.
Sebagai contoh penggunaan komunikasi pada era sebelum tahun 2000-an adalah
kampanye “Bapak Bangsa” yang dilakukan pemerintah Republik Indonesia
khususnya pada era Orde Baru (1966-1998) untuk membangun citra Soeharto
sebagai sosok presiden yang kuat, bijaksana, dan branding diri sebagai “Bapak
Pembangunan” bangsa. Pada era ini komunikasi sangat dikuasi oleh kalangan elit,
media yang menayangkan hanya TVRI dan dikontrol oleh pemerintah, sehingga
masyarakat hanya sebagai penerima pesan yang pasif dan tidak memiliki ruang
untuk berdiskusi dan mengekspresikan diri.
Berbeda dengan saat sekarang ini dalam era digital pasca-2010-an, berbagai
bentuk pesan dari berbagai media dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Komunikasi menjadi lebih interaktif dan dua arah berkat evolusi komunikasi
digital. Berbagai bentuk informasi dan pesan dengan mudah diakses oleh individu,
sehingga persebaran informasi dari suatu wilayah ke wilayah lainnya menjadi
lebih cepat. Seperti contoh dalam platform digital Tik-Tok banyak konten-konten
menarik yang dapat diakses oleh individu di berbagai belahan dunia. Ini menjadi
contoh nyata bahwa individu sebagai kreator utama dapat membawa perubahan
positif bagi dunia komunikasi.
Sebagai bentuk nyata, akun tiktok dengan username @vmuliana yang banyak
membantu orang-orang dalam mencari karier mereka. Vina Muliana banyak
mengunggah konten-konten tentang dunia kerja, cara membuat CV yang benar,
bagaimana teknik dalam wawancara, dan tips persiapan karir bagi mahasiswa
lulusan baru. Ini adalah bentuk komunikasi digital bekerja dalam fokus personal
branding dan penyebaran informasi secara luas. Hal seperti ini bersifat partisipatif
dan dua arah karena penerima pesan dapat memberikan umpan balik seperti like,
komentar, share, bahkan memberikan pertanyaan. Setiap individu pada saat ini
memiliki kesempatan untuk menjadi sumber informasi dan memberi opini di
ruang publik digital asalkan ia mampu untuk menyusun pesan yang relevan, dan
konsisten.
Namun perlu digaris bawahi, bahwa perubahan cara komunikasi ini tidak menutup
kemungkinan untuk menghadirkan dampak negatif. Individu menjadi
ketergantungan dan mengurangi interaksi secara langsung sehingga akan
menghadirkan paham individualisme, penyebaran hoax dan berita bohong bisa
menjadi sasaran empuk bagi oknum-oknum yang ingin menjatuhkan seorang
individu. Kemajuan dalam teknologi harus tetap berlandaskan pada nilai-nilai dan
norma yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.
Individu sebagai kreator memberikan ruang yang sangat besar untuk setiap orang membawakan perubahan, baik itu secara positif maupun negatif. Apalagi pada era
komunikasi digital saat ini, informasi dapat beredar sangat cepat, dan jejak digital
yang tidak bisa untuk dihapuskan. Oleh karena itu setiap individu memberikan
kreativitas mereka harus berlandaskan pada logika dan aturan yang mengikat
mereka sehingga semua bentuk dampak negatif dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI