Lihat ke Halaman Asli

Fawwaz Yafi Noverian Saputro

Hanya mencoba menjadi manusia yang bermanfaat

Return To Space: Belajar dari Elon tentang Kegagalan dan Perjuangan

Diperbarui: 11 Februari 2023   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

space.com

Film dokumenter terbaru Elon Musk, Return To Space memberikan banyak insight menarik tentang perkembangan penjelajahan luar angkasanya.

=========

NASA terakhir kali membuat pesawat ulang-alik sekitar tahun 2011, dengan pesawat ulang-alik Space Shuttle. Space Shuttle adalah sistem angkutan yang digunakan oleh NASA selama lebih dari 30 tahun untuk membawa astronot ke dan dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, serta melakukan misi pemeliharaan dan pemasangan modul pada stasiun tersebut.

Namun, pengembangan dan pembuatan pesawat ulang-alik sangat mahal dan membutuhkan waktu yang lama. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti biaya, keamanan, dan teknologi. 

Karena banyak pertimbangan tersebut NASA memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan swasta, seperti SpaceX dan Boeing, untuk membangun pesawat ulang-alik baru yang akan digunakan untuk mengangkut astronot dan itu menjadi jalan Elon Musk memasuki industri pesawat ulang alik (luar angkasa).

Banyak penolakan pada awalnya, munculnya pesaing baru juga memberikan ketakutan pada pemain lama yang sudah menguasai industri ini. Namun Elon Musk meruntuhkan keraguan itu semua, walau harus menerima hasil yang sangat tidak memuaskan 3x kegagalan beruntun pada awal peluncuran roketnya (SpaceX), krisis keuangan perusahaan dan stress berat.

"SpaceX tidak takut kegagalan, mereka menerima kegagalan dan belajar dari kegagalan"

Percobaan penerbangan roket ke 4 memberikan titik terang, setelah tiga kegagalan beruntun sebelumnya dengan penantian 1 tahun pembuatan roket baru akhirnya diluncurkan dan berhasil.

Setelah keberhasilan itu, SpaceX berhasil mendapatkan kepercayaan dengan mendapatkan kontrak pertama antara NASA dan SpaceX untuk proyek Commercial Crew Program diumumkan pada tahun 2014. Nilai kontrak pada saat itu berkisar antara $2,6 miliar hingga $3 miliar, yang akan digunakan untuk mengembangkan teknologi dan melakukan uji coba kapal angkasa Crew Dragon. Kontrak ini membantu memfasilitasi kerja sama antara NASA dan SpaceX dalam memajukan penjelajahan luar angkasa dan membuka peluang baru bagi perusahaan swasta dalam industri ruang angkasa.

Beberapa pelajaran yang dapat saya ambil dari Return to Space,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline