Lihat ke Halaman Asli

FAWER FULL FANDER SIHITE

Master of Arts in Peace Studies

Technology as God: Tuhan dan Sains (Part 15)

Diperbarui: 25 April 2020   00:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterangan: Gambar hanya sebagai ilustrasi, sumber: pelajaran.co.id

Technology as God : Tuhan dan Sains (Part 15)

Secara umum defenisi Sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian  atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah.

Paham "Technology as God" berpendapat Jika sains adalah upaya manusia memahami segala sesuatu, maka di era ini Tuhan adalah sains itu sendiri. Lalu mengapa sering kita dapati agama yang alergi dengan sains, jika ada alergi pada sains, sesungguhnya agama sedang alergi kepada Tuhan.

Sejatinya, tugas agama, sangat mirip dengan seni, yakni membantu kita hidup secara kreatif, damai, dan bahkan gembira dengan kenyataan-kenyataan yang tidak mudah dijelaskan dan masalah-masalah yang tidak bisa kita pecahkan. Bahkan untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan sains.

Agama bahkan sering anti dengan mereka-mereka yang selalu berpikir tentang sains. Namun perdebatan-perdebatan seputar agama dan sains harus selalu berdasarkan sains, seperti yang dilakukan oleh Karen Armstrong.

Perkembangan konsepsi manusia tentang Sang Pencipta dalam Sejarah Tuhan, kini Karen Armstrong menampilkan kajian tentang masa depannya. Dalam buku itu, Karen Armstrong menunjukkan pembelaan terhadap Tuhan dan agama menentang fundamentalisme dan ateisme.

Di berbagai penjuru dunia, kita melihat agama-agama sedang mengalami kebangkitan. Dampaknya terasa di berbagai bidang: politik, sosial, dan ekonomi. Namun, pada saat yang sama, skeptisisme dan nihilisme terhadap Tuhan dan agama pun terasa meningkat sebagai respons terhadap perkembangan itu.

Karen Armstrong tampil lebih tegas mendukung agama dari serangan bertubi-tubi fundamentalisme maupun pemikir ateisme semacam Richard Dawkins, Christopher Hitchens, dan Sam Harris. Karen Armstrong memperlihatkan kesejajaran antara ateisme gaya-Dawkins dan fundamentalisme kontemporer.

Dengan nada optimisme spiritual yang tenang, Karen Armstrong menyajikan gambaran menggairahkan tentang masa depan agama-agama.

Menurut Armstrong, dahulu agama menggunakan kedua elemen, baik mitos maupun logos untuk menciptakan struktur sosial kehidupan masyarakat yang lengkap. Mitos dan logos sama-sama penting. Tidak ada yang lebih dominan dari dua hal yang saling melengkapi ini. 

Logos ada dalam hukum dan kepemerintahan, sementara mitos memenuhi tiap sudut relung jiwa manusia. Kendati demikian, mitos dianggap lebih utama karena berkaitan dengan sesuatu yang abadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline