Lihat ke Halaman Asli

Pilih Mana, Kafir tapi Adil atau Muslim tapi Dzhalim?

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah perbincangan dengan teman-teman tentang pemimpin yang ideal. Saya mengajukan pertanyaan kepada mereka, jika kita di hadapkan pada dua pilihan yang sulit antara memilih pemimpin yang kafir tapi adil dan pemimpin yang muslim tapi dzhalim, kalian akan memilih yang mana?Saya mengajukan pertanyaan semacam itu di sebabkan sebagai warga negara Indonesia hati saya resah dan sedih melihat fenomena kepemimpinan yang ada di Indonesia selama ini, hampir sebagian besar pemimpin yang ada di Indonesia adalah muslim, bahkan jika ada bakal calon pemimpin yang bukan muslim segala dalil di majukan untuk menghambat agar calon itu tidak jadi. Namun demikian, dengan pemimpin yang mayoritas muslim itu justru kedzhaliman dalam bentuk korupsi, kolusi, diskriminasi hukum dan lain-lain terus terjadi di mana-mana dan entah sampai kapan semua itu akan berhenti.Di antara teman ada yang menjawab; sebuah negara lebih baik di pimpin oleh kafir yang adil daripada muslim yang dzhalim, sebab jika pemimpin kafir itu adil ia akan adil terhadap siapa saja tidak peduli terhadap yang muslim atau yang bukan, tetapi jika pemimpin muslim itu dzhalim ia akan menggilas siapapun dengan kedzalimannya, tidak peduli yang di gilasnya muslim ataupun bukan.Mendengar jawaban teman itu saya jadi teringat sejarah hijrahnya sejumlah sahabat Nabi Muhammad Saaw generasi pertama ke sebuah negeri yang di pimpin seorang raja Kristen yang terkenal adil dan bijaksana. Tidak seperti di negerinya sendiri yang selalu hidup dalam keadaan penuh tekanan dan teror, di negeri tempat kaum muslim hijrah itu rasa nyaman dan perlindungan yang cukup membuat kaum muslimin hidup tentram. Bahkan ketika datang menghadap kepada raja utusan dari para pembesar kafir Quraisy meminta agar raja memulangkan kaum muslimin, dengan tegas raja menolaknya.Entah apa yang terjadi jika negeri yang menjadi tujuan hijrah kaum muslimin di pimpin oleh raja yang dzhalim, mungkin Nabi Muhammad Saaw akan banyak kehilangan sahabat-sahabtnya akibat di tawan ataupun di bunuh oleh raja itu.Di antara teman yang lain ada yang mengatakan bahwa apapun keadaannya apakah dzhalim atau adil, seorang muslim harus memilih pemimpin yang muslim, sesama muslim adalah saudara jadi tidak patut bagi seorang muslim meninggalkan saudaranya untuk memilih yang lain yang tidak satu iman.Nampaknya teman yang ini lupa bahwa diantara syarat persaudaraan adalah adanya rasa saling mengasihi, saling menyayangi dan rasa saling peduli. Jika yang satu sakit, yang lainpun ikut merasakan sakit yang sama, al-muslim kal jasad al-wahid, al-muslim akhul muslim la yadhzlimuhu wala yahqiruhu wala yakhdzuluhu, al-muslim lilmuslim kal bunyan yasyuddu ba'dhuhum ba'dho dan seabreg dalil lain yang menunjukkan bahwa persaudaraan harus di dasari rasa saling asah, asih, asuh dan rasa senasib sepenanggungan.Di sini, di negeri yang mayoritas pemimpinnya adalah muslim, betapa banyak anak-anak muslim yang hidup di jalanan, betapa banyak anak-anak muslim yang terhenti pendidikannya karena ketiadaan biaya, betapa banyak muslimah yang terpaksa hidup menjadi pelacur demi mempertahankan hidupnya dan lain-lain kondisi kelam yang seharusnya tidak terjadi jika saja pemimpin-pemimpin muslim itu mau membantu saudar-saudara muslimnya yang terpuruk.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline