Lihat ke Halaman Asli

[Review novel] Diorama Rasa

Diperbarui: 23 Desember 2018   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri

Judul : Diorama Rasa
Penulis : Fadhila Rahma
Penerbit : Penerbit Bunyan ( PT. Bunyan Pustaka )
Kategori : Fiksi Indonesia
Tahun cetakan : Cetakan kedua, April 2014
Jumlah halaman : 370 halaman
ISBN : 978-602-291-008-4

Suka novel...?. Tapi tidak suka dengan yang bergenre cinta...? Jika iya, berarti sama dengan saya. Meskipun benci dengan novel genre cinta, saya tidak menyesal membaca novel ini.

Jujur, novel genre cinta tidak menarik karena terlalu berlebihan. Bahagianya bahagia sekali, sedihnya juga sedih sekali dan seolah olah cinta pasti sehidup semati. Novel ini membicarakan pernikahan tanpa melupakan perceraian.

Kara, dibayangi masa lalunya, pernikahannya dengan pram yg hanya bertahan seumur jagung, membuatnya mulai menjaga jarak. Meneruskan hidup dengan status janda. Status yang lekat dengan stigma negatif. Namun takdir takkan kemana. Ia bertemu dengan Andrian, laki laki yang ingin menikahinya.

Sumber : dokpri

Andrian memasuki usia matang, pekerjaan bisa dibilang mapan. Mudah baginya mencari pendamping hidup hatinya terpaut pada kara, gadis baik memang tapi janda. Itu bukan masalah besar bagi andrian tapi menjadi masalah besar bagi ibu andrian. Bagaimana bisa anak pertamanya akan menikah dengan janda, apa kata tetangga.

Secara garis besar novel ini menceritakan perjuangan andrian untuk menikah dengan Kara yang berstatus janda dan perjuangan Kara untuk membuka hati setelah perceraiannya

Sumber : dokpri

Uniknya novel ini bolak balik. Jika kita membuka dari sebelah kanan, kita akan membaca kisah dari sudut pandang andrian. Sedangkan saat membuka dari kiri, kita membaca dari sudut pandang kara (eh..atau sebaliknya ). Jadi tidak bagian belakang di buku ini, dua sisinya sama sama bagian depan.

Mbak Fadhila Rahma di blognya mengatakan, gaya buku seperti ini dibuat dengan beberapa tujuan. Pertama, sebagai penegasan bahwa pria dan wanita memiliki perbedaan yang memang sudah ada dari 'sono nya'. Kedua, untuk menciptakan ruang nyaman bagi pembaca pria dan wanita, sehingga bisa mengerti pembawaan (karakter) dirinya sekaligus lawan jenisnya lalu muncul sikap saling memahami, dengan banyak konflik yang bisa dihindari. Ketiga, pembaca bisa merasakan secara utuh masing masing tokoh lalu melihat interaksi dari 2 karakter yang berbeda. Perlu diketahui, mbak Fadhila Rahma menempuh pendidikan magister sains psikologi.

Dari novel ini kita bisa sedikit mengerti menderitanya wanita yang menjadi janda dan stigma-stigma negatif yang ada di masyarakat. Bisa pula melihat perbedaan semangat dan pemikiran antara yang akan menikah pertama kali dengan yang bercerai lalu menikah untuk kedua kali.

Di novel yang meraih juara kedua lomba menulis 1000 wajah muslimah ini, ada kalimat yang saya rasa perlu di garis bawahi, di pahami dan direnungkan bersama.

"Aku mencintai siapa pun yang mengikatku dengan pernikahan" (hal. 148)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline