Lihat ke Halaman Asli

Menikmati Sarapan Jazz, Hidangan Musik di Pantai Watukodok

Diperbarui: 21 Januari 2017   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Suara deburan ombak dan lansekap pantai telah menjadi latar nan menawan selama pentas jazz bertajuk “Sarapan Jazz.” Digelar di Pantai Watukodok, Gunungkidul, Yogyakarta pada Selasa dan Rabu (17-18/1) lalu, event ini juga menyediakan tenda-tenda bagi para penonton untuk bermalam. Jadi, setelah menikmati pertunjukan pada malam harinya, mereka bisa camping dan kembali menikmati jazz esok paginya setelah bangun tidur.

Kendati mendung terus menyelimuti lokasi acara dan hujan kerap mengguyur dari Selasa malam hingga Rabu pagi, keseluruhan acara dapat dikatakan berjalan lancar. Hanya jadwal acara saja yang sedikit tertunda lantaran hujan.

Untuk berpartisipasi dalam Sarapan Jazz, penonton perlu membayar tiket untuk mendapatkan tenda beserta makan malam dan makan pagi, serta menonton pertunjukannya. “Saya senang dengan acaranya karena diadakan di pantai dan pakai camping segala. Istimewa banget,” ujar Diah Kusuma, seorang penonton dari Sleman, Yogyakarta.

Dokumentasi pribadi

Gerimis yang kadang sedikit lebat tak menyurutkan penonton untuk menikmati suguhan musik pada malam harinya, yang dimulai selepas makan malam. Pentas dibuka dengan penampilan Etawa Jazz Club yang kemudian disusul oleh grup Blackstocking, dan dipungkasi dengan penampilan Balawan dan kawan-kawan.

Menyuguhkan sejumlah komposisi, yang beberapa di antaranya adalah karyanya sendiri, Balawan juga sempat ber-jam-session dengan seorang vokalis asal Yogyakarta. Selain itu, ia juga membagikan beberapa CD albumnya kepada penonton yang berani menerima tantangannya, yang tak urung membuat semua penonton tertawa.

Menariknya lagi, di antara pertunjukan musik malam itu, juga diadakan talkshow yang melibatkan beberapa pembicara antara lain dua tokoh masyarakat Pantai Watukodok dan pemusik asal Yogyakarta, Djaduk Ferianto – yang dikenal sebagai pentolan kelompok musik Kuaetnika dan Sinten Remen, serta pemrakarsa event jazz tahunan Ngayogjazz.

Djaduk memuji panitia yang telah berani menggelar acara yang termasuk tidak biasa ini. Ia juga mengapresiasi para penonton yang telah menyisihkan waktunya untuk hadir. Tanpa dukungan mereka, Sarapan Jazz takkan terlaksana, katanya.

Dokumentasi pribadi

Panitia event ini adalah orang-orang muda dari Komunitas Jazz Jogja, yang biasa hadir di Jazz Mben Senen – pentas jazz gratis setiap Senin malam di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta. Mereka bekerja sama dengan warga setempat yang diwakili oleh Paguyuban Pesisir Mataram dan Jiwa Laut.

Selepas pentas malam itu, hujan mengguyur cukup deras dan para penoton kembali ke tenda masing-masing. Beberapa di antara terlihat asik nongkrong di kedai-kedai yang terdapat di sekitar pantai. Keesokan harinya setelah makan pagi, penonton diajak kembali ke lokasi panggung pertunjukan, untuk menikmati penampilan dari Tricotado, Everyday, Frau, Danny Eriawan Project, Bonita & The Hus Band dan Muchichoir.

Dokumentasi pribadi

Di antara pertunjukan mulai pagi hingga siang itu, ada acara pemotongan tupeng. Perlu diketahui, Sarapan Jazz digelar dalam rangka perayaan tujuh tahun Jazz Mben Senen. Sejak Desember 2009, Jazz Mben Senen terus hadir setiap Senin malam dan hampir tak pernah absen.

Sarapan Jazz baru pertama kalinya digelar, dan mungkin menjadi pertunjukan jazz paling pagi dari yang pernah ada. Panitia mengakui masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya. “Harapannya, Sarapan Jazz bisa hadir setiap tahun, tentunya dengan banyak perbaikan di sana-sini,” kata Diwa Hutomo, seorang vokalis yang terlibat dalam kepanitiaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline