Lihat ke Halaman Asli

Pesan Bijak Berkurban Tanpa Plastik yang Masih Setengah Hati

Diperbarui: 14 Agustus 2019   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source : Instagram @ditps.klhk

Mendekati Hari Raya Idul Adha kemarin, berbagai sosial media diramaikan postingan ajakan "Bijak Berkurban Tanpa Plastik". Ajakan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh pemerintah di bawah Kementerian Lingkungan Hidup untuk menganjurkan di seluruh tempat panitia kurban mulai mengganti kantung plastik sebagai bungkus hewan kurban dengan besek, dan tempat lainnya yang ramah lingkungan, sebisa mungkin bisa dipakai lagi jadi tidak menghasilkan sampah.

Besek sendiri terbuat dari anyaman bambu, kalau di daerah saya Purwokerto banyak sekali kerajinan tangan ini di rumah-rumah, karena memang Purwokerto terkenal dengan getuk goreng dan jenang Jaket Mersi yang khas dibungkus dengan besek bambu ini. Lalu, bagaimana dengan kota lain?

Pada 2 hari sebelum 10 Dzulhijah bertepatan dengan hari tasrik pertama yang dianjurkan setelah menunaikan sholat Idul Adha langsung memulai memotong hewan kurban sampai 2 hari ke depan, saya sengaja posting anjuran KLHK tentang ajakan bijak berkurban ini lewat Insta Story sambil mention kakak saya yang merupakan ketua yayasan sekaligus panitia kurban 2019.

Lalu, responnya:

"Besek terlalu mahal, dan tidak ada dananya, jauh harganya dengan kantung plastik. Untuk dana takmir kurban saja sudah habis lebih dari 10 juta."

Iya di Jakarta memotong kurban dengan memanggil penjagal hewan harus bayar, belum lagi menggali lubang untuk membuah limbah darah hewan yang harus jauh dari sumber mata air atau sumur. Menggunakan besek harus mengeluarkan dana lebih.

Berbeda dengan Pondok Pesantren di Purwokerto yang dikelolah oleh Abang saya, cukup ada arahan dari Nahdhatul Ulama, organisasi islam terbesar di Indonesia, yang menggerakkan seluruh masjid di bawah binaan NU wajib menggunakan besek.

Kira-kira 3 hari sebelum pelaksanaan kakak saya langsung mencari 250 besek. Mudah saja kalau di daerah mendapatkan harga murah 1500 yang biasanya hanya 900 rupiah.

Saya jadi ingat pelajaran mata kuliah ekonomi lingkungan, bahwa banyak pabrik tidak mau mengeluarkan dana lebih untuk memikirkan limbah yang dihasilkannya, karena baginya limbah tidak bernilai ekonomi dan keuntungan tersendiri. Tidak beda jauh lah dengan kondisi semarak berkurban tapi enggan mengeluarkan dana lebih untuk beli besek.

Kenyatannya, anjuran pemerintah sebagai upaya mengurangi plastik terdapat kesalahpahaman arti besek itu sendiri. Berbangga ganti besek untuk bungkus hewan kurban, tapi ternyata hanya pemanis, daging tetap dibungkus plastik, loh? Gimana ini pemahaman upaya mengurangi plastiknya? Menurut saya sih ada yang miss disampaikan pemerintah.

Kira-kira Setiap Masjid Butuh 450 Kantung Plastik ketika Idul Adha

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline