Lihat ke Halaman Asli

Farah Shiddiqoh

Psikologi | Vloger | Conten Visual

Reaktif Terhadap Kesehatan Mental di Masa Pandemi

Diperbarui: 11 Januari 2021   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2019, terdapat wabah penyakit virus yang berasal dari Wuhan, salah satu kota di China. Virus ini menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia yang terinfeksi. Disebut sebagai Virus Corona atau Coronavirus Disease (COVID-19) gejalanya sama seperi SARs. Virus ini menyebar keseluruh dunia  termasuk negara Indonesia juga terinfeksi COVID-19, pada bulan Maret tahun 2020 terdapat dua orang Indonesia yang pertama positif terinfeksi Covid-19 kemudian setiap harinya bertambah kasus positif dan meninggal akibat virus Corona. Pandemi COVID-19 membuat seluruh negara dan daerah melakukan pembatasan wilayah dan kegiatan. Masyarakat harus melakukan physical distancing atau menjaga jarak fisik, agar mencegah terinfeksinya virus.

Selain itu, pada kondisi ini masyarakat dihimbau untuk melaksanakan protokol kesehatan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan. Protokol kesehatan bertujuan agar masyarakat dapat beraktivitas secara aman dan tidak membahayakan kesehatan untuk diri sendiri dan orang lain. Kasus COVID-19 hingga saat ini mengalami peningkatan, maka segala aktivitas dilakukan di rumah. Kegiatan belajar, bekerja dan lain-lain dilakukan dari rumah sebagai kebijakan yang dilakukan pemerintah agar mencegah penyebaran COVID-19.

Dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan di masa pandemi ini, karena pandemi COVID-19 tidak hanya mengancam kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental setiap individu. Apalagi di masa pandemi ini semua orang harus beraktivitas di rumah tidak bisa bertemu dengan teman, rekan kerja, sahabat bahkan keluarga. Selama pandemi kita mengalami stres, cemas, takut bahkan depresi karena pandemi ini. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan fisik, jika mental kita menurun otomatis fisik juga ikut menurun sehingga virus akan mudah masuk ke tubuh kita.

Untuk itu kita harus cepat tanggap dan bereaksi dalam langkah menjaga kesehatan baik secara fisik dan mental selama pandemi. Dimana muncul berbagai pertanyaan terkait dengan Bagaimana bentuk sehat mental itu?, Apa saja yang membuat stress di masa pandemi ?, Apa  hrus dilakukan agar tetap sehat mental?

Sehat Mental ?

Sehat mental dapat diartikan sebagai kondisi individu yang berada dalam keadaan sejahtera, mampu mengenal potensi dirinya, mampu menghadapi tekanan sehari-hari, dan mampu berkontribusi di lingkungan sosial (WHO, 2015). Bentuk sehat mental selama pandemi yaitu ketika kamu tidak merasa tertekan dengan keadaan sekarang, mampu menjalani kehidupan dengan baik dan normal, pikiran yang positif dan tidak ada perubahan pola perilaku ke arah negatif. Manfaat menjaga kesehatan mental selama pandemi dapat membuat kamu produktif melakukan sesuatu kegiatan atau pekerjaan saat di rumah saja, menjaga fokus dan konsentrasi, meningkatkan daya tahan tubuh dan terhindar dari penyakit.

Pandemi ini membuat banyak orang menjadi stress karena interaksi sosial yang sangat dibatasi atau berkurang dan kondisi ekonomi yang mengalami penurunan pendapat karena PHK. Menurut WHO (2019), stres yang muncul selama pandemi COVID-19 dapat berupa :

  1. Ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan diri maupun kesehatan orang lain yang disayangi.
  2. Perubahan pola tidur dan/atau pola makan, terjadi karena tidak mengatur jadwal kegiatan  selama di rumah aja.
  3. Sulit tidur dan konsentrasi.
  4. Memperparah kondisi fisik seseorang ynag memang memilki riwayat penyakit kronis dan/atau gangguan psikologis.
  5. Menggunakan obat-obatan (drugs)

Jika mengalami stress yang berkepanjangan, mengarah ke depresi dan mengganggu aktivitas sehari-hari, maka segera konsultasikan ke tenaga profesional seperti psikolog dan psikiater

Lalu apa yang bisa kita lakukan agar tetap sehat mental? Beberapa cara yang bisa kamu lakukan di rumah, yaitu :

Self-Healing

  1.  Melakukan Mindfullness
    Suatu kondisi dimana pikiran, perasaan, dan tubuh kita berada pada saat ini, tidak menggembara ke masa lalu maupun masa depan, serta non-judgemental (Kabat-Zinn,1990).
  2. Melakukan Guided Imagery
    Dengan cara pejamkan mata, lalu bayangkan sesuatu yang menyenangkan, dengan berbagai modalitas seperti visual, auditori, dan kinestetik untuk membantu meningkatkan imajinasi.
    Meskipun kenyamanan ini bersifat jangka pendek, namun Guided Imagery bisa menjadi pertolongan psikologis dalam menanggulangi kecemasan berlebih.
  3. Melakukan Self-talk
    Berbicaralah pada diri sendiri dengan kalimat positif. Perlu diketahui bahwa emosi cenderung dipengaruhi oleh pikiran kita, yang mana pikiran kita sangat tergantung dari bagaimana kita menafsirkan suatu peristiwa. Untuk itu kita perbaiki kembali pikiran kita, menjadi pikiran yang positif akan meningkatkan kualitas emosi dan perasaan.
  4. Melakukan Expressive Writing
    Refleksikan pikiran dan perasaan yangBijak dalam Menyaring Informasi atau Berita Seputar COVID-19 anda alami selama pandemi ke dalam bentuk tulisan. Menulis bisa saja menjadi hobi baru saat pandemi.

Pendekatan Spiritualisme

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline