Pernyataan Ben-Gvir bukan sekadar retorika ekstrem --- itu bagian dari strategi naratif untuk membalik moralitas dan melemahkan legitimasi kritik kemanusiaan
Pernyataan keras Menteri Keamanan Israel, Itamar Ben-Gvir, yang menyebut para aktivis flotilla sebagai "teroris", serta dorongannya agar mereka dipenjara daripada dideportasi, mencerminkan strategi naratif pembalik moral (moral inversion) di tengah konflik Gaza--Israel musim 2025.
Sementara itu, intersepsi kapal kemanusiaan seperti Global Sumud Flotilla menunjukkan ketimpangan kekuasaan dan dinamika legitimasi antara aktor militer dan sipil.
Tulisan ini mengeksplorasi bagaimana Ben-Gvir menggunakan wacana terorisme sebagai instrumen pembenaran tindakan keras negara, implikasi hukum dan etika internasionalnya, serta bagaimana rezim Israel menghadapi krisis naratif.
Latar Belakang & Konteks
*Flotilla Global Sumud (GSF) berupaya menyalurkan bantuan ke Gaza dan menembus blokade laut Israel.
*Pada 1 September 2025, Ben-Gvir mengusulkan agar flotilla dan aktivisnya diklasifikasikan sebagai "teroris", sehingga Israel bisa melakukan penahanan dan tindakan keras.
*Setelah kapal-kapal dilewati intersepsi oleh Angkatan Laut Israel, beberapa aktivis ditahan di penjara Israel, sementara Ben-Gvir menolak deportasi cepat dan menyerukan agar mereka "merasakan bau sayap teroris" sebagai hukuman simbolis.
*Pernyataan Ben-Gvir mendapat kritikan dari negara-negara seperti Yunani, yang memprotes panggilan "teroris" terhadap aktivis flotilla yang berkewarganegaraan mereka.
Kerangka Teoretik
1. Inversi Moral / Reversal of Morality