Lihat ke Halaman Asli

Fajar Setiadi

Sebuah frasa

Fragmen di Sebuah Jeda Hujan

Diperbarui: 25 September 2018   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Malam ini,seperti malam yang sudah-sudah,aku mengulur waktu,mengulur umur,mengulur mimpi di jalanan.Dan seperti yang sudah-sudah,aku melihat apa yang tak terlihat oleh sorot angkuh lampu jalan..Mendengar,apa yang tak terdengar oleh deru lelah mesin-mesin..Merasa,apa yang tak terasa oleh gedung-gedung dingin yang membosan.Aku melihat masa..

Gerimis yang menolak untuk habis,seakan tak mau melepaskanku sendiri,padahal aku mulai kehabisan kata,dan sedang mencari bait penutup,agar ritme rintiknya sama seperti intro,kala ia menyentuhku tadi sore.

Aku berhenti di tepi.

Aku duduk di bawah pohon di samping tiang lampu jalan sambil mengikat tali sepatuku yang lepas dan kubiarkan jeans belelku bermesraan dengan debu basah,,aha..,pohon,tiang,sepatu,celana belel dan suasana yang "teaterable", maka naskah Beckett siap kumainkan,aku hanya butuh seorang teman untuk membicarakan sesuatu yang bukan sesuatu,membincangkan tentang hal yang bingung kenyataan atau khayal,memperdebatkan kesia-siaan yang menjauhi kesimpulan,mempertanyakan apa,yang tidak mengapa bila tidak dipertanyakan,menunggu yang ditunggu dan yang ditunggu sedang menunggu..ah' en attendant godot.

(Mungkin bersambung,mungkin tamat,atau tamat yang mungkin tersambung)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline