Lihat ke Halaman Asli

Fajar Novriansyah

Pekerja biasa

Bulan yang Cemberut

Diperbarui: 12 April 2022   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

pada bulan yang mati di periode yang sejajar dengan bumi,
dia yang cemberut tak tampak dan langitpun lengang tanpanya
pada seperempat bulan yang membetuk sabit dari pantul surya yang benderang,
merajut lagi agar menjadi lengkap sempurna utuh terang bulat memenuhi imaji dikepalamu


kemudian si genit akan terang saat bumi berada diantara bintang utama bimasakti
pada posisi sejajar bagai sederet kawan lama pada saat shift mereka bebenturan
purnama penuh dan bulan yang jadi riang penuh dan terangbenderang
sekuat dia memantul cahaya sampai lalu dilahap mata telanjang manusia


kini jadi centil dengen sederet pujian pujian tentang cantiknya purnama
betapa kuatnya daya tariknya sampai pasang pasang laut ingin menggapainya
kemudian waktu berlalu lagi dan sabitnya yang terbalik berlawanan
hingga sampai pada pase yang mulai membuatnya masam cemberut lagi

bulan dan hari harinya 

dari satu sudut ke sudut lainnya bagai pijak tentang bagaimana hidup
karena nyatanya selalu ada pase dalam hidup mari sempurnakan dan lengkapi
bulan yang tak punya cahaya sendiri selalu di ujar paling cantik dari matahari

belajarlah jadi bulan datang dan pergi sebagai penanda


karena bahkan si cemberut yang tak bersinar sendiri tak berarti sia sia
seperti itu kamu, akan selalu ada cahaya yang datang padamu, dyala dari diri atau terpantul
semuanya canti semuanya tampan dan laksana indanya pada cipta cipta Tuhan

11 April 2022

Pakulonan Barat, Kelapa Dua - Tangerang 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline