Lihat ke Halaman Asli

M Fahrel Edy

Mahasiswa Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara

Anak Broken Home Belum Tentu Buruk!

Diperbarui: 13 Agustus 2022   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Lihat Si Anu, mamak-bapaknya bercerai. Setiap malam kelayapan saja, pasti ngeganggu orang-orang. Dasar anak broken home!".

Kebanyakan orang-orang melabeli anak broken home sebagai anak yang bandel maupun keras kepala. Terkadang anak broken home  menjadi  "gorengan"  bagi ibu-ibu di warung. Sebab murah dan enak.

Namun, saya sebagai anak broken home tidak merasa demikian. Alhamdulillah, tidak bisa dikatakan berprestasi, namun  setidaknya, tidak mengganggu tetangga sekitar bahkan saya  membuat sanggar pendidikan untuk lingkungan sekitar.

Pada akhirnya, agar tidak menjadi "stigma" bagi masyarakat global, terkhususnya bangsa +62. Kita akan mengupas broken home dengan santai dan menikmati secangkir kopi. Asekkkk.

Menurut  saya, broken home  adalah kegagalan sistem psikologis orang tua yang menyikapi suatu hal dan berdampak kepada anak. Dan, penyebabnya antara lain yaitu salah satu atau kedua orang tuanya meninggal atau keluarganya sering cekcok yang mengakibatkan permasalahan finansial dan emosionalnya terganggu.

Akibat permasalahan keluarga, Anak-anak menjadi risih dan mencari atensi baru untuk membuatnya nyaman. Tidak sedikit anak-anak terjerumus ke dunia gelap karena orang-orang tersebut yang memiliki kepedulian dengan mereka (dengan maksud terselubung).  Sedangkan, "orang-orang baik" cenderung tidak menunjukkan kepekaan dan kepeduliannya terhadap anak broken home.

Namun tidak semua! Masih banyak anak-anak broken home yang sukses. Misalnya aktor pria ternama, Reza Rahadian yang ternyata orang tuanya bercerai disaat ia berusia satu tahun.  

Dibalik kesuksesan anak broken home -- tidak lepas juga dari keluarga yang kerja ekstra dan lingkungan yang mendukung. Peranan  orang -orang tersebut sangat berarti sehingga menjadi support system untuk berkembang dan mendapatkan hidup yang nyaman.

Peranan kita sebagai orang umum harus memberikan ruang kepada mereka dan menunjukkan kepedulian kita untuk merangkul mereka.  Mereka sangat membutuhkan atensi dan afeksi sebab mereka belum mendapatkan  atau hanya mendapatkan sebagian hal tersebut di keluarga.

Cara membantu mereka bisa dari hal yang terkecil. Misalnya, mendengarkan cerita mereka atau menemani mereka disaat sedih. Selain itu, bisa juga membantu menyelesaikan permasalahan finansial mereka . terutama jika disekitar lingkungan ada yang single parent -- pasti mental mereka mudah terganggu sebab ia harus menangung  jawabi keluarganya. Sebab, jika ia tidak bisa mengatasi, anak bisa menjadi korban  emosinya.   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline