Lihat ke Halaman Asli

Tanda Alam

Diperbarui: 23 November 2020   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjelma dalam angan dan masuk ke dalam kehidupan. Aku adalah salah satu siswa di sekolah menengah atas di suatu desa. Dikarenakan jarak dari desa sampai ke kota memerlukan biaya yang banyak aku pun terpaksa sekolah di desa dekat rumahku. 

Setiap pulang sekolah aku selalu marah kepada orang-orang yang ada di rumah karena aku sangat tidak percaya diri soal sekolahku yang di desa karena takut tidak dapat menggapai impianku untuk kuliah karena fasilitas sekolah di desa yang tidak memadai. Tapi seiring waktu akhirnya aku menyatu dengan sekolahku yang ada di desa.

Ternyata sekolah di desa tidak seburuk yang aku pikirkan, aku mengikuti berbagai ekstra kurikuler di sekolah mulai dari pramuka, futsal, voli, serta bulu tangkis. Hingga aku dapat bersaing ikut berbagai lomba yang ada sampai tingkat provinsi mengalahkan teman-temanku yang lain yang sekolah di kota.

Dari torehan prestasi yang aku dapatkan, aku semakin terkenal di mata teman-temanku bahkan sampai kakak dan adik kelasku. Semua orang yang ada di sekolah bahkan staf, guru semua mengenalku. Dari sinilah ceritaku dimulai, sekarang aku memasuki semester akhir sekolah menengah atasku. 

Semua kegiatan ekstra kurikulerku berhenti dan fokus untuk belajar. Memang kata terlambat sungguh menghampiriku untuk belajar saking asiknya aku mengikuti kegiatan di luar jam pelajaran. Akhirnya aku sering mengikuti berbagai les mata pelajaran di berbagai bimbel ternama.

Senin pagi, merupakan pagi yang sangat berat bagiku untuk bangun dari hari liburku untuk mengikuti berbagai aktivitas. Yang pertama adalah kegiatan upacara bendera di pagi hari. 

Saat itu aku bangun kesiangan, dan akhirnya aku terlambat. Aku buru-buru sekali saat mandi dan secepat kilat mengganti baju seragamku. 

Untunglah jarak antara sekolah dengan rumah cukup dekat hanya butuh waktu 5 menit aku sampai di sekolah. Dan tidak disangka-sangka gerbang sekolah sudah ditutup oleh pak satpam. Sebenarnya usianya masih muda  sehingga teman-teman sering memanggilnya dengan sebutan Mas Supri.

“Mas.... mas.... mas..... mas... Mas Supri bukain pintunnya dongg” kataku sambil bicara penuh nada sendu supaya Mas Supri bersimpati padaku dan mau membukakan pintu gerbang sekolah.

“Elah... kok bisa telat” kata Mas Supri sambil membuka pintu gerbang.

Tidak disangka, dan tidak diduga Pak Narno guru terkiller di sekolah muncul tiba-tiba dari depan. Tanpa ada aba-aba Pak Narno mengambil kunci sepeda motorku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline