Mohon tunggu...
Fadchul Achmad Albaihaqi
Fadchul Achmad Albaihaqi Mohon Tunggu... Lainnya - -

🌹

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanda Alam

22 November 2020   23:48 Diperbarui: 23 November 2020   00:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Hmmm... telat, sana dorong motormu sampai parkiran atas.” Kata Pak Narno sambil jari telunjuknya menunjuk ke parkiran atas.

Aku hanya dapat berkata “Iya pak” sambil menundukkan kepala. Kudorong sepeda motorku dengan susah payah sampai ke parkiran atas. 

“Capek banget YaAllah” kataku dalam hati.

Upacara sudah sampai pertengahan acara dan aku baru sampai alhasil akupun dipajang di depan sebagai pajangan. Malunya bukan main saat teman-teman, guru-guru melihat ke arahku sambil geleng-geleng.

Saat itu ada razia rok pendek dan celana pensil. Sehingga semakin banyak temanku di depan. Aku merasa ada banyak teman wkwk. Eh tapi tidak disangka dan diduga ternyata aku juga ikut terciduk razia celana pensil. Maklum karena kebesaran maka celananya kubawa ke penjahit untuk dikecilkan. 

Akupun mendapat dua hukuman, yang pertama karena telat. Yang kedua karena razia celana. Kami dihukum untuk membersihkan rumput dan daun-daun dari tangkai pohon kamboja sampai ke pohon mangga yang ada di sekolah. Sekolahku dikenal sebagai sekolah adiwiyata jadi tak heran jika banyak sekali tumbuhan, pepohonan hidup mengelilingi sekolah sehingga terlihat rimbun dan agak menakutkan.

Hukuman pun dibagikan kelas sepuluh membersihkan halaman depan, kelas sebelas membersihkan lapngan, dan kelas dua belas membersihkan halaman belakang.

“Membersihkan halaman belakang?” kataku sambil sedikit merinding.

“Serem pak!” kata teman-temanku.

“Sudah jangan banyak alasan kalian, kalian ini sudah kelas dua belas masih aja buat onar, harusnya kalian itu memberi contoh buat adik-adik kelas kalian supaya bertindak baik dan menorehkan prestasi.” Ujar Pak Narno mrnggunakan nada tinggi.

“Iya pak”, ujarku dan teman-teman sambil melihat ke bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun