Lihat ke Halaman Asli

Erusnadi

Time Wait For No One

September Kelam Desa Lembah-lembah

Diperbarui: 12 Januari 2021   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Situasi sudah tidak bisa dikendalikan lagi.  Kemarahan massa partai tanpa nama memporakporandakan ketentraman desa lembah-lembah. Hal itu mulanya dipicu oleh provokasi gerpol yang ditolak cintanya oleh Pulis. Pulis seorang kembang desa yang telah dinikahi Manik, seorang guru ngaji.

Sebagai orang yang disegani, Gerpol yang memiliki tanda codet sebesar pacet di pipi kanannya ini kerap menghembuskan isu. Bukan hanya  isu persaingan bisnis palawija saja, melainkan juga warga yang tidak berpihak pada partainya. Oleh karena kandas cintanya, maka ini jadi trigger baginya untuk memainkan peran jahanam di desa tersebut.

Sayangnya peran yang dimainkan Gerpol di luar kendali akibatnya massa partai tanpa nama sudah membabi buta. Bukan lagi soal isu persaingan bisnis itu saja yang disasar, melainkan pada warga yang tidak berpihak pada partai ini. Kekerasan demi kekerasan dilakukan. Tidak pandang siapa orangnya. Termasuk pada Pulis dan Manik. Juga keluarganya.

Massa dari luar desa telah mengepung. Mereka sebagian besar tidak mengenal warga desa ini. Seperti di arahkan mereka menyemut di muka rumah haji Mudo rival bisnis palawija haji Kurno, bapaknya Gerpol. Berteriak-teriak tak karuan. Mengumpat tidak jelas. Menuding sebagai tokoh yang menghasut warga untuk menentang prinsip dan ideologi satu rasa sama rata dari partai tanpa nama ini.

Mereka teriak. Haji Mudo keturunan Jin kapitalis!Anak-anak mereka borjuis kampung!Habisi mereka!

Tidak  ada yang bisa mencegah. Bahkan pihak aparat maupun warga di sini. Mereka membiarkan apa yang menimpa haji Mudo, dan keluarganya. Keluarga ini tegar melakukan perlawanan. Darah tercecer di mana-mana akhirnya.

Gerpol ada di kerumunan menampakkan wajah puas iblisnya. Peristiwa September 2078 ini menjadi catatan kelam desa lembah-lembah.

Sejak peristiwa itu, desa lembah-lembah menjadi basis pergerakan partai tanpa nama. Tiada lagi rivalitas politik maupun bisnis. Semua ada di satu tangan, Gerpol dan kroninya. Tiada lagi pergolakan di desa ini. Semua berjalan seperti semula.

Namun usai peristiwa itu seorang warga di pelosok desa lembah-lembah telah menyelamatkan anak balita buah cinta Manik dan Pulis dari dalam rumah yang dibakar tersebut. Entah bagaimana anak ini bisa selamat.

Anak ini pun dirawatnya hingga tumbuh dewasa oleh mbah Sito. Perempuan setengah tua dan sebatang kara. Mbah Sito pun tunai menjelaskan asal-usul gadis ini yang diberi nama Srindis olehnya. Termasuk  juga ia kisahkan peristiwa memilukan duhulu di desa ini, juga siapa tokoh yang menggerakkan di balik peristiwa berdarah itu. Keluarga  Srindis tiada tersisa. Haji Mudo, istrinya, Manik, dan Pulis.

Sementara Gerpol sudah naik pangkat menjadi tokoh politik di tingkat propinsi di awal tahun 2100 ini. Ia yang semula Gerpol, mengubah namanya menajadi Rewan. Tetap tokoh yang disegani kawan maupun lawan politiknya. Prinsip satu rasa sama rata partai sungguh-sungguh dipraktekkan olehnya. Partai pun kian menjalar ke sudut-sudut wilayah di propinsi tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline