Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Homo Intellectus, Apa yang Bermasalah?

Diperbarui: 8 Oktober 2022   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : id.quora.com

Boleh saja seseorang berbeda ketika menyatakan sarjana belum tentu intelektual. Serupa, tetapi tidak sama antara sarjana dan intelektual.

Sosok intelektual bergelut dengan pemikiran dan kehidupan. Sarjana merupakan gelar akademik, yang menyelesaikan perkuliahan.

Sosok intelektual tidak mutlak mengecap dunia pendidikan formal yang tinggi. Sarjana sudah merampungkan jenjang pendidikan formal yang tinggi.

Kini, bergelar sarjana itulah yang parah di negeri ini lantaran di atas lima puluh persen sebagai tersangka kasus korupsi.

Pantasan ada pernyataan 'darurat korupsi' di Indonesia. Bukan main, ironi ditujukan terhadap bidang pendidikan.

Teringat dengan ungkapan seorang teman di suatu hari. Dia mengatakan, sekarang orang tidak bisa lagi dibedakan, yang mana bersekolah, bergelar sarjana dan mana yang bukan. Bayangkan, jika yang bergelar sarjana saja berprilaku koruptif.

Kadangakala terbit dalam benak kita, bisa jadi juga kita bagian dari sebuah 'lingkaran setan korupsi', di lingkungan masing-masing, tempat dimana kita berkiprah.

Nurul Ghufran, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkap tentang perguruan tinggi turut menyumbang koruptor. 

Tercatat, 86 persen koruptor yang ditangkap oleh KPK adalah lulusan perguruan tinggi. (kompas.com, 27/08/2022)

Setiap lulusan perguruan tinggi berarti sama dengan orang yang bergelar sarjana. 

Ternyata bukan oknum sarjana atas kasus korupsi karena angkanya tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline