Lihat ke Halaman Asli

Erine Chatrin

Mahasiswa

Generasi Tanpa Anak: Kita Menuju Masa Depan Seperti Apa?

Diperbarui: 26 Juli 2025   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada era sekarang, semakin banyak masyarakat yang menggemari budaya barat, terutama generasi milenial dan generasi Z. Sosial budaya dari Negeri Barat semakin beredar di Indonesia, baik dari media film, produk, restoran, dan lainnya. Selain itu, pandangan dan gaya hidup Barat juga seringkali diterapkan di Indonesia, salah satu perubahan yang sangat terasa adalah meningkatnya jumlah pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak yang biasa di sebut dengan "chlidfree".

Childfree merupakan keputusan pasangan supaya tidak memiliki anak secara biologis maupun adopsi, dan keputusan ini diambil dengan kesadaran penuh. Fenomena childfree, di mana individu atau pasangan memilih untuk tidak memiliki anak, semakin mendapat perhatian di Indonesia. Pilihan ini muncul dalam konteks sosial dan demografis yang kompleks, mencerminkan perubahan signifikan dalam pola pikir dan dinamika keluarga di Indonesia.

Di sisi lain, tidak bisa dikatakan bahwa orang-orang yang memilih untuk childfree karena terpengaruh budaya Barat, tetapi gagasan tentang childfree dimulai dari budaya Barat. Hal ini karena mereka menerapkan ideologi liberal. Liberalisme adalah ideologi yang menjunjung tinggi kebebasan manusia, tidak dibatasi tentang agama, politik, dan lainnya, tetapi tetap dapat dipertanggung jawabkan.

Pada dasarnya budaya childfree di Indonesia belum dapat dinormalisasi. Hal ini karena banyak dari masyarakat Indonesia yang tetap meyakini bahwa "banyak anak banyak rezeki", terutama untuk orang tua. Pertanyaan mengenai "kapan punya anak?" akan menjadi pertanyaan wajib untuk para pasutri (pasangan suami istri) pada saat pertemuan keluarga. Pasangan menikah yang tidak memiliki anak seringkali dikritik dan direndahkan. Hal ini didukung karena Indonesia menganut budaya Timur sangat kental. Selain itu, di Indonesia juga mengedepankan agama, yang terbukti di dalam ideologi Indonesia, Pancasila, pada sila pertamanya adalah "Ke Tuhanan yang Maha Esa. Setiap agama menganjurkan umatnya untuk memiliki keturunan,

Beberapa orang menganggap kehidupan childfree ini sering kali di perlihatkan dengan kehidupan yang lebih bebas, lebih tenang, dan lebih bahagia. Karena tidak akan ada tangisan bayi, tidak perlu repot mengurus anak, dan tidak ada biaya pendidikan. Berbagai alasan mendasari keputusan masyarakat Indonesia untuk memilih childfree. Faktor finansial menjadi salah satu pertimbangan utama, mengingat biaya membesarkan anak yang semakin tinggi. Menurut sebuah studi, biaya membesarkan anak dari lahir hingga usia 18 tahun dapat mencapai ratusan juta rupiah, yang membuat banyak pasangan berpikir ulang sebelum memutuskan untuk memiliki anak.

Trauma masa lalu, baik dari pengalaman pribadi maupun keluarga, juga berperan dalam keputusan ini. Pengalaman buruk selama masa kecil atau trauma keluarga dapat mempengaruhi pandangan seseorang terhadap pentingnya memiliki anak.  Pengalaman traumatis seperti kekerasan dalam rumah tangga, pola asuh yang otoriter, atau keluarga yang broken home dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih hidup tanpa anak.

Selain itu, pergaulan yang lebih luas dan terbuka membuat banyak orang terpapar pada berbagai pandangan hidup yang berbeda, termasuk pilihan untuk tidak memiliki anak. Perkembangan sosial budaya yang dianggap semakin buruk oleh sebagian masyarakat, dengan meningkatnya kekhawatiran tentang lingkungan dan kualitas hidup, turut mempengaruhi pilihan untuk hidup tanpa anak. Meningkatnya kesadaran akan isu-isu lingkungan dan sosial membuat beberapa orang merasa lebih bertanggung jawab untuk tidak menambah beban populasi dunia.

DAMPAK CHILDFREE

Pada akhir-akhir ini angka kelahiran di Indonesia sudah menurun. Hal ini diiringi dengan angka pernikahan juga menurun. Childfree kemungkinan menjadi salah satu alasannya, karena semakin tren ini berkembang, semakin banyak juga orang yang mulai berpikir dan mempertimbangkan kehidupan tanpa anak. Walaupun sebenarnya, sebelum istilah ini belum dikenal, sudah ada orang yang memilih untuk tidak memiliki anak. Tetapi setelah childfree menjadi konsumsi masyarakat Indonesia, maka orang-orang yang pada awalnya berpikir bahwa anak sudah menjadi bagian dari hidup, bisa saja mereka akan mempertimbangkan untuk tidak memiliki anak karena terlihat lebih menyenangkan.

Di sisi lain, jika childfree benar-benar akan terealisasi di Indonesia, maka negara tersebut akan mengalami dampak yang sangat signifikan. Dampak yang pasti terjadi adalah. Sumber daya manusia menurun. Sehingga, kemungkinan, Indonesia akan terguncang sesaat untuk mencari pengganti lain dari sumber daya manusia yang hilang. Secara logis, jika angka kelahiran semakin menurun, Indonesia harus dengan cepat memperbaiki tingkat kualitas sumber daya manusianya.. dengan meningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dan memperketat regulasi tentang anak wajib untuk sekolah dan lulus, mengingat di Indonesia tidak setiap masyarakatnya menganggap pendidikan itu penting. Maka Indonesia harus memperbanyak sosialisasi bahwa pendidikan itu penting, dan memberikan pelatihan-pelatihan gratis.

Meskipun keputusan untuk memilih hidup childfree merupakan hak pribadi yang patut dihormati, kita tidak boleh mengabaikan dampak jangka panjang yang  ditimbulkan  terhadap kehidupan sosial, budaya, dan nilai-nilai kemanusiaan secara keseluruhan. Childfree tidak hanya melibatkan urusan pribadi, tetapi juga sangat mempengaruhi kehidupan di masa depan dalam berbagai aspek.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline