Lihat ke Halaman Asli

Enik Rusmiati

TERVERIFIKASI

Guru

Terima Kasih Emak

Diperbarui: 21 April 2023   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Bennyinstitute

"Nduk, lebaran ini bisa pulang kan?"

Kalimat itulah yag selalu dilontarkan emak ketika aku telepon.

Aku hanya bisa menjawab, "Insya Allah emak," jawabku berat.

Iya, siapa sih yang tidak ingin pulang kampung berkumpul bersama bapak, emak, kakak serta adik-adikku pada saat lebaran. Hal ini pula  yang selalu aku rencanakan dari bulan ke bulan.

Namun untuk pulang kampung tidak semudah itu. Aku harus mengumpulkan banyak uang saku untuk pergi ke sana. Karena selain untuk transportasi aku juga tidak mungkin pulang dengan membawa tangan kosong. Aku harus memikirkan oleh-oleh yang tidak sedikit. Selain itu aku harus menyiapkan juga uang saku untuk para keponakanku.

Apa kata mbakku dan adik-adik ipar nanti, jika anak perempuan satu-satunya emakku ini pulang hanya dengan membawa tangan kosong. Ya, Aku adalah satu-satunya putri orangtuaku dari empat bersaudara, tiga saudaraku semuanya laki-laki. Aku merupakan anak nomor dua di keluarga besarku.

Sebagai anak putri satu-satunya, keputusanku menikah dengan mas Hasan dan mengikuti suamiku pergi jauh dari kampung halaman sebenarnya telah melukai hati emak. Karena sebagai anak putri seharusnya mendampingi orang tua di masa tuanya. Namun kenyataannya aku harus nurut kepada suami mengikuti jalan hidupnya merantau ke luar pulau.

Waktu itu kehidupanku memang lumayan mapan, mas Hasan diterima sebagai pegawai di salah satu pabrik terbesar di pulau Kalimantan.  Setiap hari raya aku, mas Hasan dan putri semata wayang ku bisa sungkem ke orang tua di kampung halaman, bisa membawakan buah tangan untuk orangtua dan saudara-saudaraku membuat emak bangga terhadapku. Hal ini sedikit melupakan kesedihanya jauh dariku.

Namun kebanggaan itu hanya berjalan 5 tahun. Mas Hasan terkena PHK dari tempatnya kerja. Kehidupan kami pun harus sedikit prihatin soal perekonomian. Bila dulu untuk biaya pulang kampung, dengan THR perusahaan sudah cukup untuk ongkos pulang dan pergi serta membelikan oleh-oleh untuk orang tua dan saudara.

Namun saat ini, melihat kenyataan bahwa mas Hasan yang bekerja serabutan sebagai sopir travel dan angkutan umum harus benar-benar pandai menata keuangan. Apalagi setelah terkena dampak pandemi. Jadi kehidupan kami harus merangkak mulai dari nol lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline