Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terima Kasih Emak

21 April 2023   07:50 Diperbarui: 21 April 2023   08:00 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Bennyinstitute

"Nduk, lebaran ini bisa pulang kan?"

Kalimat itulah yag selalu dilontarkan emak ketika aku telepon.

Aku hanya bisa menjawab, "Insya Allah emak," jawabku berat.

Iya, siapa sih yang tidak ingin pulang kampung berkumpul bersama bapak, emak, kakak serta adik-adikku pada saat lebaran. Hal ini pula  yang selalu aku rencanakan dari bulan ke bulan.

Namun untuk pulang kampung tidak semudah itu. Aku harus mengumpulkan banyak uang saku untuk pergi ke sana. Karena selain untuk transportasi aku juga tidak mungkin pulang dengan membawa tangan kosong. Aku harus memikirkan oleh-oleh yang tidak sedikit. Selain itu aku harus menyiapkan juga uang saku untuk para keponakanku.

Apa kata mbakku dan adik-adik ipar nanti, jika anak perempuan satu-satunya emakku ini pulang hanya dengan membawa tangan kosong. Ya, Aku adalah satu-satunya putri orangtuaku dari empat bersaudara, tiga saudaraku semuanya laki-laki. Aku merupakan anak nomor dua di keluarga besarku.

Sebagai anak putri satu-satunya, keputusanku menikah dengan mas Hasan dan mengikuti suamiku pergi jauh dari kampung halaman sebenarnya telah melukai hati emak. Karena sebagai anak putri seharusnya mendampingi orang tua di masa tuanya. Namun kenyataannya aku harus nurut kepada suami mengikuti jalan hidupnya merantau ke luar pulau.

Waktu itu kehidupanku memang lumayan mapan, mas Hasan diterima sebagai pegawai di salah satu pabrik terbesar di pulau Kalimantan.  Setiap hari raya aku, mas Hasan dan putri semata wayang ku bisa sungkem ke orang tua di kampung halaman, bisa membawakan buah tangan untuk orangtua dan saudara-saudaraku membuat emak bangga terhadapku. Hal ini sedikit melupakan kesedihanya jauh dariku.

Namun kebanggaan itu hanya berjalan 5 tahun. Mas Hasan terkena PHK dari tempatnya kerja. Kehidupan kami pun harus sedikit prihatin soal perekonomian. Bila dulu untuk biaya pulang kampung, dengan THR perusahaan sudah cukup untuk ongkos pulang dan pergi serta membelikan oleh-oleh untuk orang tua dan saudara.

Namun saat ini, melihat kenyataan bahwa mas Hasan yang bekerja serabutan sebagai sopir travel dan angkutan umum harus benar-benar pandai menata keuangan. Apalagi setelah terkena dampak pandemi. Jadi kehidupan kami harus merangkak mulai dari nol lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun