Lihat ke Halaman Asli

Memori Dibalik Susu Cokelat Hangat

Diperbarui: 18 September 2022   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setiap kita manusia tentunya mempunyai kenangan masa lalu. Baik kenangan itu menjadi buruk ataupun menyenangkan dimasa sekarang, semua tergantung sudut pandang. 

Ya, sudut pandang dapat merubah banyak hal. Termasuk sesuatu yang menyebalkan menjadi sebaliknya.

 Saya akan menuliskan sebuah kenangan masa lalu tentang segelas susu coklat hangat. Ini hanya sebuah diary, saat aku tengah membuat susu coklat panas, mencium aromanya, menyruputnya perlahan disaat itulah bayangan itu muncul. Kenangan masa lalu.

Aku kecil tinggal disebuah desa yang mayoritas penduduknya bercocok tanam di sawah dan di ladang. Bisa kalian bayangkan desa itu masih asri dengan hamparan sawah nan hijau dan perbukitan yang di dalamnya ada batu besar bernama "Watu Lumbung", begitulah masyarakat menamainya. 

Lain kali saja aku ceritakan tentang kisah dibaliknya. Aku baru sekali melihatnya secara langsung. Memang benar batunya besar dan paling besar diantara sekitarnya.

Saat duduk dibangku SD aku lebih sering belajar mandiri dan berusaha menemukan segala jawabannya sendiri. Maksudku aku tidak punya kakak yang mengajariku mengerjakan tugas sekolah ataupun saudara lainnya. 

Aku kecil menyukai pelajaran berhitung mencari jawaban angka-angka dan akan sangat penasaran bila tak menemukan jawabannya. 

Kedua orangtuaku sering menyarankan aku untuk pergi ke tetangga, disana ada kakak kelas yang pandai karena mendapatkan peringkat 1 disetiap kenaikan kelas. 

Itu penilaian pandai berdasarkan peringkat. Selain pandai dia juga sangat baik dan ramah. Sekarang dia sudah pergi meninggalkan desa itu. Menjadi pengusaha sukses. Oh iya selain pandai dan baik hati dia juga pekerja keras, rajin dan gigih. Mungkin itu masa kecil yang mengantarkannya pada kesuksesan.

Setiap datang waktu ujian ibuku selalu memperhatikan belajarku. Meskipun ia tidak mengajariku menemukan jawaban, namun ia sangat memberiku dukungan. Aku diberi jam belajar lebih banyak, jam istirahat lebih banyak dan tentunya mengurangi jam bermain. 

Inilah kenangan masa lalu itu berada. Dimalam hari yang sunyi, aku duduk di meja belajarku dan tentunya menghadap buku. Entah itu membaca, memahami ataupaun mengerjakan soal. Dari balik pintu kamar ibuku masuk dan membawakanku segelas susu coklat hangat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline