Lihat ke Halaman Asli

Elsa Valent

Bukankah tulisan begitu menarik?

Puisi | Cawan dan Anggur Terpahit

Diperbarui: 11 April 2020   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com /Joonas kriinen


Dingin malam amat menyayat di Kamis malam itu
Roti dan anggur menjadi penanda genapnya nubuat
Perjamuan sederhana bersama sahabat
Sebuah jamuan perpisahan, dan memberi pengenangan

Malam yang begitu sunyi
Angin pun tiada singgah sekedar menggoyang nyala api
Cahaya rembulan selip-selip masuk di celah jendela dan pintu
Yang dinubuatkan, hening di antara perdebatan

Di manakah yang satu itu? ia yang akan menjual nyawa dengan satu kecupan

Terang rembulan menuntunKU ke tengah taman
Bantu menyadari betapa sepi, sendiri
Penyerahan besar tepat di depan mata
Cawan anggur teramat pahit kuteguk bagi dunia

AKU begitu lemas, ketakutan membuat gemetar sekujur tubuh
sementara mereka terlelap tiada berjaga
satu dari dua belas akan membawa serdadu
dilemparkannya Anak Domba kepada kawanan serigala

Cawan itu akan menjadi nyata
Anggurnya sangatlah pahit
Setetes pun tiada tertumpah
Semuanya masuk merobek lambungKU

Baru tadi malam perjamuan terasa begitu bermakna
Belum sempat ayam terbangun meja telah terbalik
Kulihat beberapa bintang di antara tumpukan arang
yang satu menangis di ujung kerumunan

Penghakiman akan terjadi
Dengan palma dan kain mereka menyambutku
Dengan paku mereka memajangKU mendekat ke langit
KUgenapi nubuat mereka yang lebih dulu KUutus

Inilah tubuh dan darahKU
lakukanlah ini untuk mengenang AKU




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline