Lihat ke Halaman Asli

Tanah Kuning Pekuburan

Diperbarui: 27 September 2022   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Tanah kuning pekuburan

Setelah nyawa berpisah dari badan, tak ada kata selain innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Dari Allah kita datang dan kepada Allah kita berpulang. 

Pada hari ini hati terasa gamang, berpisah dengan orang yang paling disayang. Selama ini bersenda gurau. Delapan puluh dua tahun namanya menggaung dimuka bumi ini.

Menorehkan berbagai kisah dan banyak cerita. Dalam suka dan duka bergelut indah. Kasih sayangnya sangatlah dalam. Ada sesuatu yang matang dibatang, maka dia dengan langkah yang tertatih datang mengantar ke rumah. Dengan penuh ikhlas dan senyum merekah memberikan barang itu kepada kami semua. 

Bagaimana hari ini tidak akan berurai air mata. Ketika melihat kain putih sudah membungkus tubuhnya. Suaranya tak bakal pernah didengar lagi. Karena sudah digantikan oleh suara ambulance yang meraung sampai kelangit. Menakutkan hati semua pelayat yang datang.

Pak Herman kumis nama kakek ini. Sangat melekat dihati semua cucu dan sahabat-sahabatnya. Tua muda semua bersahabat dengannya. Termasuk saya yang tiada pernah kenal tapi begitu sudah mengenalnya tak bisa lupa sampai hari ini.

Dia orangnya penyayang. Tidak pandang siapapun kita. Tidak ada membedakan orang. Mau tua, muda, pemulung atau para jamaah semua sahabatnya. semua diajak bercanda seakan tiada beban hidup yang mendera. Baginya dunia ini adalah tempat mencari sahabat, mana tau doanya nanti menjadi berkat. Inilah yang sering terlontar dari mulutnya yang berkumis lebat.

Namun hari ini semua tinggal kenangan. Tanah kuning telah dicangkul. Badan kurus tinggal tulang sekarang tidur sendiri ditempat yang sunyi dan lobang yang gelap itu. Tiga tanah sudah dikepal. Sebagai bantal penopang badan. Kekiblat muka diaarahkan. Dengan azan dunia dilepaskan. 

Dahulu lahir disambut azan. Sekaramg mati dilepas kembali dengan suara azan. Berlinang air mata anaknya mengumandangkan. Inilah anak yang shaleh yang telah mengantarkan Abaknya keharibaan ilahi Rabbi.

Selamat jalan kakek. Semoga kakek termasuk salah satu orang yang dirindukan oleh syurganya Allah. Inilah kampung kita yang sesungguhnya. Kakek cuma pulang dahulu dari kami. Semua kami nanti akan menyusul. 

Semoga kelak kita bisa lagi berjumpa dan berkumpul bersama di alam barzah. Aamiin ya rabbal'alamiin




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline