Lihat ke Halaman Asli

Kita Temukan Cara Kita

Diperbarui: 10 Oktober 2021   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Maret 2021, saya berdiskusi dengan beberapa teman ketika mendengar makin banyaknya beban kesehatan mental dialami masyarakat setelah satu tahun pandemi. Dari diskusi melalui Whats App dan pertemuan virtual, lahir gagasan untuk memfasilitasi teman-teman yang kita kenal agar saling berbagi. 

Akhirnya, saya memulai aktivitas bulanan bertajuk "Kita Temukan Cara Kita", Kata Rata. 'Kata' berarti ujaran, ungkapan, unsur dari bahasa yang diujarkan atau dituliskan. 

'Rata' berarti permukaan yang sama tinggi rendahnya atau meliputi seluruhnya. Kata Rata berupaya untuk saling berbagi dalam ujaran yang menempatkan siapapun menjadi pencerita dan penanggap. Ada keinginan untuk belajar dari dan bagi semua.

Aktivitas berbagi antar siapa pun dalam pertemuan virtual itu diselenggarakan Rabu minggu ketiga tiap bulannya. Kata Rata pertama saya adakan Mei 2021. Saat itu, sudah 15 bulan pandemi, yang menyadarkan kita bahwa berjarak kadang baik kadang buruk. 

Tiap orang memiliki pengalamannya dan layak untuk didengarkan. Pertemuan virtual pertama dihadiri 18 orang berusia 19-48 tahun, berprofesi mahasiswa, lulusan anyar, karyawan berbagai bidang, ibu rumah tangga, dan wirausaha.

Berbagi kisah setelah 15 bulan bekerja dan belajar di rumah (BDR), Santi, dosen paruh waktu sekaligus ibu rumah tangga dengan anak usia sekolah dasar menemukan makna menenangkan anak. 

Santi mendorong anaknya untuk menghayati masa pandemi ini sebagai bagian dari sejarah. "Kelak, kalau kau jadi kakek, maka kau bisa cerita pada cucumu bahwa 2020-2021 dunia mengalami pagebluk, pandemi", ujarnya.

Martin berkisah tentang keterlibatannya sebagai garda depan tim medis penanggulangan COVID-19. Katanya: "Jujur, untuk segera mengisi masa yang masih belum pasti, awalnya saya terlibat di tim agar segera vaksin, tetapi kemudian dari sini saya banyak belajar". Pengalaman yang tidak terlupakan.

Sementara itu Catrin, dokter yang baru selesai magang. Sebagian dirinya merasakan orang tua ingin ia segera mandiri. Sebagian dirinya merasakan desakan berkarya. 

Akhirnya, ia melamar sebagai tenaga medis di sentra penanganan COVID-19 di Pasuruan. "Pengalaman kali ini sungguh tidak akan terlupakan, bagaimana dokter memeriksa pasien tanpa stetoskop, karena harus dengan APD".

Kido yang dosen, tak bisa menikmati BDR, merasa tertekan tidak bertemu orang banyak, terutama mahasiswa. Akhirnya, berkolaborasi dengan Stella, mereka menciptakan Sebatas Angan, sebuah podcast yang serius tetapi ringan tentang kesehatan masyarakat. Isu tentang nutrisi, kelaparan, kesehatan; dibawakan sangat kekinian, dengan cara muda, dinamis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline