Lihat ke Halaman Asli

Nikmati Malam dengan Sop Dapur Amih

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1326992952572779336

Siang tadi, seorang teman menghibur (entah mencibir hehehe), "Sudahlah, artikel dicuri, nanti dapat hadiah. Malam ini kita makan di Dapur Amih." Begitu katanya tanpa ekspresi. Datar. Yaaa, saya baru ingat kalau malam ini, lagi-lagi saya mau nongkrong di tempat yang akhir-akhir ini sering saya kunjungi. Dapur Amih, salah satu warung makan yang terletak di Jalan AH. Nasution, Ujungberung, Bandung. Kenapa saya sering datang ke situ? Tak lain, berkat kedermawanan Pak HM. Yamin Mahmud, mantan Kabiro A2K di almamater saya. Saya dan seorang kawan sedang menggarap proyek buku biografi dan buku tentang pemikiran beliau dalam urusan UPZIS. Jadilah, kalau beliau berkunjung ke Bandung, dijamin perut bakal dimanjakan :) [caption id="attachment_164871" align="alignleft" width="403" caption="Sop buntut pesanan saya, tampilannya memang kurang menarik. Soalnya sudah tak acak-acak. Sing penting, maknyus!"][/caption] Dari beberapa tempat makan yang ada di kawasan Bandung Timur, beliau paling sering mengajak saya dan kawan ke Dapur Amih. Memang lebih sederhana dibanding tempat yang biasa kami kunjungi sebelumnya, namun tempatnya cukup nyaman dan enjoyable buat ngobrol santai dan makan-makan. Suasana remang-remang, tersedia meja dan kursi untuk yang mau duduk, ada juga tempat untuk lesehan. Menunya beragam, tapi yang jadi juara adalah sopnya. Ada sop iga, sop buntut, sop ayam, dan sop gurame. Semua sudah saya coba, kecuali sop gurame. Berhubung sejak saya orok, belum pernah ada riwayat makan ikan, kecuali ikan teri kecil (gak lebih dari 5 cm) dan tongkol yang sudah dikasih bumbu :) Malam itu ketiga kalinya, saya makan di Dapur Amih. Menu ketiga yang ingin saya coba adalah sop buntut. Suasana saat itu sangat mendukung saya untuk mau tidak mau melahap semua yang sudah dihidangkan (kecuali piring, mangkuk, sendok, dan garpunya). Malam yang diguyur hujan sejak pagi, kondisi tempatnya yang remang-remang romantis, dan kondisi perut yang hari itu hanya terisi bubur instan Super Bubur rasa Abon Sapi dan Mie Sedap rasa Ayam Bawang. Itulah yang membuat saya tanpa tedeng aling-aling menghabiskan nasi, sop buntut, dan rempeyek khas Dapur Amih yang maknyus, tanpa rela bagi-bagi. [caption id="attachment_164872" align="alignright" width="300" caption="Suasana Dapur Amih, meski remang-remang tapi asyik untuk jadi tempat kumpul dan nongkrong."]

13269930541841139510

[/caption] Selain aneka sop, di Dapur Amih juga tersedia menu lain, seperti ikan, bebek, dan ayam bakar, serta mie kocok dan karedok. Untuk pelengkapnya, ada rempeyek kacang yang saya pikir lain daripada yang lain. Renyah, gurih, dan ada sari kelapanya yang bikin beda (bener gak, ya, itu kelapa? hehehe). Alhasil, malam itu, saya benar-benar lega dapat 'hadiah' dari Pak Yamin. Apalagi, pas pulang saya diganjar segepok, eh, beberapa lembar apel Malang tapi warnanya merah. Wah, rezeki tak terduga. Bagai oase di tengah gurun, akhirnya tiga lembar Kapitan Pattimura yang setia nongkrong di saku celana seharian berganti Soekarno. Alhamdulillah, pokoknya sesuatu untuk anak kosan seperti saya.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline