Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Cermin

Diperbarui: 23 Februari 2019   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Sketsa napas terus dilukis
Pada digital kanvas kehidupan
Setiap jejak langkah terekam sempurna
Bergerak harmonis di setiap pergeseran

Mulut bicara, telinga mendengar
Kaki melangkah, tangan bertindak
Hidung bebas menghirup udara lepas
Perut meringis ingin segera diisi
Demi masih bisa bermandi cahaya mentari

Tiap hari kejayaan fisik disempurnakan
Pakaian bagus membalut rangka
Kulit berongga dipoles manja
Hitam dirubah putih
Putih dirubah hitam

Pandanglah ke dalam cermin
Pandanglah diri secara saksama
Mampukah wajah ini kelak akan selamat?
Masihkah kulit ini tetap bertahan?
Akankah badan ini mampu selamat?

Cermin bicara merasuk sukma
Cermin katakan : semua nikmat dunia hanya sementara
Wajahmu itu hanyalah topeng
Sejatinya adalah tengkorak yang akan terbaring
Siap disantap ribuan cacing

Berkacalah pada cermin
Camkan hidup kemaren adalah sejarah
Hari ini adalah anugerah
Esok hari adalah suatu misteri
Siap atau tidak, kelak semua akan kembali

(Sungai Limas, 23 Februari 2019)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline