Lihat ke Halaman Asli

Eko Romeo Yudiono

Menulis itu Indah

Realita Terkadang Pahit, Evan dan Andik Milik Tim Ibu Kota

Diperbarui: 30 Januari 2020   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Evan Dimas saat mengikuti sesi latihan bersama Persija Jakarta, Jumat (17/1/2020) sore WIB. (Dok. Persija Jakarta)

"Hidup bukanlah sebuah masalah untuk diselesaikan tetapi realita untuk dihadapi." (Soren Kierkegaard). 

Realita kehidupan itulah yang kini dihadapi dan jalani oleh Evan Dimas Darmono dan Andik Vermansah. Keduanya sudah menemukan pelabuhan barunya. 

Musim kompetisi Liga 1 2020, dua pemain Surabaya ini bermain untuk tim Ibukota. Evan lebih dulu teken kontrak dengan Persija. Disusul Andik resmi berseragam Bhyangkara FC. Seolah klop, keduanya memilih tim yang musim ini serius mengejar gelar juara. 

Apakah tim lain tidak? Kita kesampingkan dulu opini itu. 

Sebab, kedua pemain sudah membuat geger suporter asal kota mereka Surabaya. Bonek-sebutan suporter Persebaya-pasti kecewa. Itu wajar. Ekspektasi suporter musim ini, kedua ikon Surabaya itu bermain untuk kota tercinta. Tapi apa yang terjadi sebaliknya. Keduanya berlabuh di tim rival. Ibarat episode senitron, cinta suporter bertepuk sebelah tangan. 

Tak berbalas. Keduanya lebih memilih tim yang mempunyai planning jelas. Merebut tittle juara. Sad ending untuk musim 2020 bisa dibilang. Pemain kesayangan mereka bermain untuk tim lain. 

Gambar: IG Persija dan Bhayangkara FC (diolah secara pribadi)

Menunggu keduanya kembali saat ini jelas tidak mungkin. Berharap musim depan juga belum pasti. Berharap keduanya akan kembali 5 atau 10 tahun lagi? Ngeri. Bukan ngeri-ngeri sedap. 

Usia atlet menjadi penyebabnya. Lima atau 10 tahun lagi belum tentu kehebatan keduanya akan seperti saat ini. Faktor usia bagi atlet tidak bisa dilawan karena itu betsifat alamiah. 

Lebih bijak, suporter sekarang merelakan keduanya di pelukan tim lain. Ibarat pepatah "Cinta Tak Selamanya Harus Memiliki". Sakit memang. Sakitnya tuh di sini. Era sepakbola profesional ya seperti itu. 

Tim terkuat yang mempunyai finansial cukup serta planning juara akan mendapatkan pemain-pemain buruan mereka. Wajar. Jadi sekarang santuy saja. Coba tengok Chelsea atau Manchester City era 1990-an. Tapi setelah mereka mempunyai kekuatan finansial dan suntikan dana Triliunan rupiah keduanya merajai kompetisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline