Lihat ke Halaman Asli

Andai Mimpiku Selalu Jadi Pengingatku

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ucapan terima kasih takkan lupa kuucapkan pada-Mu atas nikmat yang telah Engkau berikan padaku dalam peristiwa yang terjadi padaku. Sebenarnya, ini bukan peristiwa besar layaknya hari kemerdekan RI yang pertama. Namun, bagiku ini merupakan peristiwa yang tidak terlupakan yang berkaitan dengan keajaiban yang pernah aku rasakan. Meski hanya sebuah mimpi, akan tetapi keterkaitan dengan dunia nyata sangatlah nyata. Dengan berpijak pada peristiwa sebelumnya dan peristiwa berikutnya, serasa enak sekali jika kejadian dalam mimpiku dapat menjadi pengingat serta petunjuk dalam kehidupan sehari-hari kita semua tentunya.

Awalnya. Malam Senin, sekitar pukul sembilan malam di saat aku sedang istirahat tiduran aku mendapat titipan lima lembar kertas oleh tetanggaku untuk dilegalisir di SMA di tempat aku bekerja. Sambil menyerahkan lembaran-lembaran yang merupakan ijazah, tetanggaku itu berpesan bahwa besuk Senin sore harus sudah bisa diambil. Aku pun menyetujui permintaan tersebut. Setelah pesan dan penyambutanku pada tetanggaku, aku pun tidur kembali , karena rasa capek benar-benar sedang aku rasakan yang disebabkan kelelahan mengikuti anak buah dalam lomba baris-berbaris tingkat kabupaten.

Hari Senin akhirnya tiba sudah. Sesampainya di rumah saat aku lihat jam dinding yang menghadang penglihatanku, di dinding rumah membuatku terkejut setengah mati. Mengingat sebentar lagi akan petang. Dan titipan lembaran ijazah tetanggaku yang akan dilegalisir segera akan diambil. Rasanya mustahil, jika aku harus kembali lagi ke sekolah untuk memintakan cap sekolah dan tanda tangan kepala sekolah. Selain kantornya sudah tutup, tentunya secoret tanda tangan dari kepala sekolah, juga semakin menyulitkan atas usahaku itu jika tidak ada di sana. Dan itu sangat mungkin hanya bisa dilakukan proses memintakan legalisirnya harus hari Selasa esoknya pagi lagi.

Dengan spontan, aku pun terbangun karena rasa takutnya mengingat rasa beban moral andai aku tidak menepati janjiku. Karena terlanjur sudah berjanji bahwa nanti sore ( Senin ), ijazah yang sudag dilegalisir dari yang dia titipkan sudah dapat diambil.

Huah. Rasa lega, sungguh terasa nikmat sekali mengetahui peristiwa yang aku alami itu hanyalah mimpi saja. Sambil terbangun di pagi hariku langsung kutoleh ke arah lembaran kertas ijazah titipan tetanggaku itu. Langsung saja aku ambil dan aku masukkan ke dalam tasku. Agar tidak lupa untuk dilegalisirkan dan tidak terjadi seperti kejadian dalam mimpiku tadi malam.

Sambil tersenyum puas dalam hati. Aku berkata dalam hati“ Andai saja mimpiku dapat selalu jadi pengingat dalam kehidupanku ditiap harinya. Untuk sebuah hal kebaikan dalam masyarakat pula tentunya. Amin. Wallahu Alam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline