Lihat ke Halaman Asli

Eko Nurwahyudin

Pembelajar hidup

Cinta dan Petaka-petaka yang Membuntutinya (Resensi Beauty and Sadness, Yasunari Kawabata)

Diperbarui: 5 Juli 2020   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul                : Beauty and Sadness   

Penulis           : Yasunari Kawabata

Penerjemah : Zulkarnaen Ishak

Penerbit        : Immortal Publisher

Cetakan         : I, 2017

Tebal              : 245 halaman

ISBN               : 976-602-1142-89-9

Peresensi       : Eko Nurwahyudin

            Aliran waktu dan air sungai tidak akan pernah kembali.

            Yasuani Kawabata seorang peraih Nobel Sastra 1968, melalui novel Beauty and Sadness mengangkat cinta sebagai anugerah yang pasti tumbuh dan mengakar pada hidup manusia sekaligus petaka yang berguguran dengan cara dan waktu yang tak terduga. Yasunari membagi cerita ke dalam sembilan bab, dimana ia membukanya dengan sebuah renjana yang dialami si tokoh : Oki Toshiro, seorang satrawan yang berusia lima puluh empat tahun terhadap Otoko, selingkuhannya seorang Pelukis Tradisional Jepang berusia tiga puluh sembilan.

            Kisah cinta yang terjalin diantara keduanya terjadi dua puluh empat tahun silam saat umur Otoko lima belas tahun. Persoalan mulai rumit saat Otoko hamil tetapi Oki tidak bisa meninggalkan Istrinya Fumiko karena keberadaan anak laki-lakinya. Di usianya yang sangat muda, Otoko melahirkan bayi prematur yang telah ia kandung selama tujuh bulan di sebuah klinik kecil dan kotor di pinggiran kota Tokyo. Namun sang bayi meninggal, dan Otoko belum pernah melihat mayat bayinya sama sekali sehingga membuat Otoko depresi sampai harus direhabilitasi di Rumah Sakit Jiwa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline