Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Elegi Gladak Perak

Diperbarui: 6 Desember 2021   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Elegi Gladak perak (dokpri istimewa)

Masih duka dari Mahameru. Sabtu petang 4 Desember 2021. Kau runtuh. Menyimpan banyak tangis. Banyak luka. Cerita anak manusia.

Elegi Gladak perak. Piket nol banyak menyebutnya. Eksotis sejak awal mula. Beribu kisah melewatinya.

Aku mungkin terlalu dangkal. Dua tahun lalu dalam amarah cemburu dan kehilangan cinta. Aku bukan mau bunuh diri. Tapi apsaraku dibawa lari melalui jembatan ini.

Itu tragediku sendiri. Kisah cinta dua anak manusia. Yang diterjang nafsu nafsu Angkara murka. Oleh pangeran dari Lumajang. Pujaanmu.

Kini sombongmu runtuh. Sisa sisa kolonial. Diluluh lantakan amarah Mahameru. Kemarahan semesta merobohkan angkuhnya manusia.

Rintisan jembatan Gladak perak tahun 1893 (leiden.nl)

Terbayang saat kau dirintis. Dari bambu. Dianyam jadi jalanan yang eksotis. Ditahun 1893. Awal mula engkau menghubungkan dua tlatah. Awal sebuah kisah.

Butuh 41 tahun, merintis Gladak perak. Menjadi penghubung kisah demi kisah. 1.200.000 gulden biaya membangun mu. Dan diresmikan pada tanggal 2 November 1934. Inilah Jalur selatan Semeru (Zuid-Smeroeweg) dan Jembatan Besoek Koboan dibuka secara resmi.

koran  Soerabaijasch handelsblad, edisi  02-11-1934

Sabtu itu, 87 tahun kemudian, jembatan ini runtuh. Luluh lantak. Mengubur semua duka. Yang terekam dalam jejakmu. Material erupsi Mahameru menghabisimu. Tanpa ampun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline