Lihat ke Halaman Asli

Eko Irawan

Menulis itu Hidup

Saksi Bisu

Diperbarui: 27 Juni 2021   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saksi bisu dokpri Eko irawan

Pagi dan malam. Dijalan yang sama. Merangkai kisah. Berpuluh tahun. Drama kehidupan yang lelah. Perjuangan yang tak dihargai.

Pernah dingin. Dipeluk kabut. Pernah panas dipeluk peluh. Langkah tak terhitung. Lelah yang tak diperdulikan. Masa yang tak diakui. Tertukar dendam membara.

Mengeluhku ditertawakan semesta. Aku sudah dibodohi dalil dalil munafik. Dipaksa mengaku salah dan tertuduh. Agar jatuh kelembah hinaan. Dan menarilah para iblis. Mentertawakan ku.

Sia sialah umur. Ketika yang baik sudah dianggap tak ada. Disirnakan. Oleh kepuasan dendam para laknat. Didalangi para bajingan. Yang lempar batu sembunyi tangan. Yang membela para perampok hati.

Pertarungan busuk untuk kemenangan imitasi. Untuk apa? Puas bukan telah menipuku, tawa mesramu diranjang terkutuk. Polah binatangmu sungguh dipuji langit bumi. Sungguh mulia pembalasanmu.

Saksi bisu. Jalan ini. Tak pernah bisa cerita. Padamu. Tentang betapa lelah perjuangan ini. Untukmu. Sementara dirimu menghinakanku. Puas bukan pilihanmu, karena kau akan memetik polahmu sendiri. Hingga akhirat. 

Malang, 27 Juni 2021

Oleh Eko Irawan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline