Lihat ke Halaman Asli

Eka Sarmila

Long Life Learner

Living Diversity, AIESEC Value yang Mesti Dikuasai oleh Guru

Diperbarui: 29 November 2021   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Pixabay.com

Siapa yang pengen jadi guru? Kira-kira bakal ada berapa orang yang tertarik saat pertanyaan ini dilontarkan? Meskipun ada istilah "guru pahlawan tanpa tanda jasa," realitasnya di lapangan banyak yang gak tertarik jadi guru.

Bahkan dalam artikel "Perubahan IKIP Menjadi Universitas" karya Profesor Hafid Abbas (1996), lulusan 10 IKIP gak bisa diserap menjadi guru dengan jumlah sekitar 15.000-16.000 per tahun.

Alasan utamanya, karena masalah finansial. Masalah gaji yang kecil bahkan di bawah standar jadi cikal bakal mengapa banyak orang enggan untuk menjadi guru.

Anggapan bahwa guru hanya bertugas untuk memberikan pengajaran di kelas juga jadi anggapan sepele, bagi sebagian kalangan.

Lantas, benarkah demikian? Yuk, coba dengar Cerita Gita dari Kepulauan

Foto: Dokumen Pribadi Gita

Menjadi seorang tenaga pendidik adalah tantangan sekaligus tugas yang mulia. Apalagi kalau peserta didiknya adalah orang dewasa. Bukan cuma skill mendidik yang harus dimiliki.

Tapi juga mesti paham gimana caranya mendidik orang dewasa tanpa harus menggurui. Supaya kegiatan belajar mengajar tetap mencapai tujuan pembelajaran.

Anggita Dewi Mumpuni seorang tutor (sebutan guru di sekolah non-formal) di PKBM di Kepulauan Seribu membagikan alasannya tertarik untuk jadi pendidik di sekolah non formal.

Foto: Dokumen Pribadi Gita

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline