Lihat ke Halaman Asli

Efrem Siregar

TERVERIFIKASI

Tu es magique

Overthinking, Dari All England sampai Pelajaran Sejarah SD

Diperbarui: 22 Maret 2021   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi overthinking. (Foto: Andrea Piacquadio/Pexels)

Karena perlakuan "tak adil" BWF terhadap timnas Indonesia di All England, nama Inggris akhir-akhir ini sering dikomentari warganet.

Ada yang menanggapi masalah dengan pendapat serius, ada pula yang sekadar melucu dengan mengunggah meme-meme. All England diplesetkan menjadi All Japan lantaran partai final didominasi banyak pemain Jepang.

Entah kilat apa yang menyambar, pikiran soal Inggris melebar ke mana-mana.

Saya tiba-tiba memikirkan pelajaran sejarah sewaktu duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Materi pelajaran mengenai kedatangan pasukan Belanda (NICA) kembali ke Indonesia pasca-kemerdekaan.

Dalam buku sejarah, disebutkan bahwa kedatangan Belanda tak sendirian karena membonceng Inggris. 

Dahulu, dengan kepolosan berpikir, saya membayangkan bahwa pasukan Belanda masuk ke Indonesia benar-benar mengendarai motor, lalu jok belakang ditumpangi pasukan Inggris duduk manis menenteng senjata.

Tentunya, kata kerja "membonceng" dalam kalimat tersebut jangan dimaknai secara denotatif. Mana mungkin Belanda kembali ke Indonesia hanya bermodal sepeda motor.

Tetapi, kalimat Belanda membonceng Inggris atau pasukan sekutu sudah umum dimasukan dalam buku sejarah. Kata "membonceng" tetap dipertahankan.

Dari All England menyambung ke sejarah pasca-kemerdekaan Indonesia. Overthinking yang mendera hampir banyak orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline