Lihat ke Halaman Asli

Een Nuraeni

pekerja sosial

Ada Apa dengan Rumput Tetangga?

Diperbarui: 16 Februari 2020   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Kita sudah sama-sama paham dan sering mendengar tentang 'rumput tetangga' ini ya. 'Kehidupan' dianalogikan dengan 'Rumput' dan 'Orang lain' dianalogikan sebagai 'Tetangga'. 

Sangat cerdas orang yang pertama kali mencetuskan analogi atau istilah ini, karena sangat sesuai dengan apa yang terjadi dalam kehidupan keseharian, yaitu kita yang sangat sering melihat 'rumput tetangga'(kita? Lo aja...hehe).

Ada pepatah kan yang bilang kalau 'Rumput tetangga terlihat lebih hijau daripada rumput sendiri' yang artinya kehidupan yang dimiliki oleh orang lain, biasanya terlihat lebih indah, lebih baik, lebih sempurna, lebik enak dari pada kehidupan yang kita miliki. Bahkan 'kok tetangga, rumput aja ditata sedemikian rupa dan berbunga ya.'

Kebiasaan kita membandingkan diri dengan kehidupan orang lain, menilai kondisi orang lain lebih baik, sebenarnya lebih banyak dampak  negatif daripada dampak positifnya. 

Selain bisa menghilangkan rasa syukur atas nikmat yang telah Allah beri (kufur nikmat), lebih parahnya lagi dapat menyebabkan seseorang tidak rela dengan takdir nya, menyalahkan Allah atas kehidupannya.

Lalu apa dampak positifnya sehingga kita sangat sering melihat 'rumput tetangga' ini? (Coba kasih tau aku ya... kalau ada manfaatnya).

Tidak ada manusia hidup tanpa ujian. Tidak ada keluarga sempurna yang hidup tanpa kesulitan. Cuma memang berbeda-beda ujiannya, beda-beda respon menghadapi ujian yang dihadapi. Ada yang diuji dengan kesendirian, ada yang diuji dengan keluarganya, istrinya, anaknya, hartanya, pekerjaannya, kesehatannya. Macam-macam dan sangat beragam.

'Kenapa aku kayak gini Ya Allah, padahal aku sudah berusaha taat'....Hmmm, mulai deh. Padahal belum tentu juga 'taat' kita lebih banyak dari 'maksiat dan dosa' yang dilakukan. Jangan terlalu percaya diri. Hihihii

Ada sebuah filosofi jawa yang senada dengan analogi rumput tetanga yaitu sawang sianwang yang artinya saling melihat (kurang lebih begitu artinya..he).

Seseorang cenderung "melihat" atau menganggap kehidupan orang lain lebih baik dan lebih berutung daripada kehidupan yang dijalaninya. Contohnya, seseorang yang belum menikah menganggap kehidupan pernikahan sangat sempurna, dan beranggapan kalau mereka yang sudah menikah sangat bahagia. Anggapan itu tidak dibarengi dengan bayangan ujian dan juga kesulitan yang dialami oleh pasangan yang sudah menikah.

Padahal orang yang sudah menikah juga sering berfikir sebaliknya saat sedang diuji atau lelah.

'Enak ya jadi single, bebas, ga harus ngurus rumah dan anak tiap hari, bisa jalan-jalan dan belanja sesuka hati tanpa harus memikirkan anak-anak' (begitu kira-kira menurut cerita beberapa teman).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline